Tweet |
|
Harga: Rp120.000
|
Misalnya adalah satu nama leluhur tercantum sebagai nama leluhur di lima marga. Leluhur marga manakah itu sebenarnya? Sebaiknya menjadi kajian pada marga-marga terkait.
Ada nama marga sama tetapi berbeda leluhur dan asal-usulnya. Apakah karena marga sama demikian menjadi kendala untuk saling mengawini? Bagaimana solusi mengatasi hal seperti ini?
Adalagi sebagian mengaku sebagai marga A dengan keturunan B. Dengan melihat silsilah marga-marga dan silisilah nama leluhur dibuku ini, diharapkan marga yang bersangkutan dapat mengkaji ulang marga manakah dia sebenarnya.
Di adat budaya Batak mengetahui silsilah cukup perlu. Sebab, di acara-acara adat, kalau tidak tahu silsilah akan tidak tahu pula kelompok mana dia menggabungkan diri. Disebut satu marga adalah sisada lulu anak sisada lulu boru. Artinya yang satu marga itu merasa sama-sama bertanggunjawab untuk mengawinkan anak dan boru. Diacara mengawinkan anak atau boru satu marga itu menjadi satu tempat duduk (sahundulan). Terhadap yang meninggal secara moral terpanggil mengurusinya secara adat.
Mengenai sisada lulu anak sisada lulu boru ini sangat terkait dengan marga-marga yang sudah pecah menjadi marga-marga baru. Marga Sihombing misalnya adakalanya tidak lagi sisada lulu anak sisada lulu boru. Sebab sudah pecah menjadi marga Silaban, Lumbantoruan, Nababan dan Hutasoit yang sudah saling mengawini. Demikian juga Marbun yang sudah terdiri atas marga Lumbanbatu, Banjarnahor, Lumbangaol, yang sudah saling berbesan. Sangatlah janggal bila sesama mereka terjadi sapaan haha doli anggi doli padahal sudah saling berbesan.
Di bonapasogit, sisada lulu anak sisada lulu boru itu adakalanya bukan satu marga tetapi satu ompu. Sebaliknya ditempat tertentu karena satu marga itu sedikit, sisada lulu anak sisada lulu boru bisa naik ke tingkat rumpun marga. Karena itu seseorang itu hendaklah tahu ompu mana dia lingkungan satu marga dan termasuk rumpun marga mana marganya.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi warga adat budaya batak yang masih menghargai adat budayanya. Menggunakan marga dibelakang nama adalah sebagai pertanda yang bersangkutan masih menghargai adat budayanya.
Tegur sapa amanta raja dan inanta soripada kami sambut dengan gembira demi perbaikan isi buku pada pnerbitan selanjutnya.
Natan Setiawan Gultom, 26/11/2009 |
1 dari 1 orang menilai cukup membantu |
IRWIN SAMUDERA, 18/10/2012 |
2 dari 2 orang menilai cukup membantu |
User, 29/12/2016 |
1 dari 1 orang menilai cukup membantu |
3 dari 8 ulasan. Lihat semua ulasan » |
Gerson Nababan | Purwadi | Budi Juliardi | David Kaplan | Alo Liliweri |