Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Cara PembelianTestimoniPusat BantuanTentang KamiHubungi Kami
Buku    Sosial & Politik    Sosial

Ke Timur Haluan Menuju: Studi Pendahuluan tentang Integrasi Sosial, Jalur Perdagangan, Adat, dan Pemuda di Kepulauan Maluku

Berat 0.50
Tahun 2019
Halaman 368
ISBN 9786024337636
Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Sinopsis          Buku Sejenis
 
Harga: Rp160.000
Tersedia:
Dikirim 2-5 hari berikutnya SETELAH pembayaran diterima. (Senin s/d Jumat, kecuali hari libur)

Pelanggan yang Membeli Buku Ini Juga Membeli Buku Berikut:

Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Energi
Sukanto Reksohadiprodjo
Rp62.000
Untung Selangit dari Agribisnis Cengkeh
Rahmat Rukmana
Rp91.000
Untung Selangit Dari Agribisnis Pala
H. Rahmat Rukmana
Rp87.000

Sinopsis

Kawasan Indonesia Timur secara historis pernah men­jadi pusat perhatian dunia sejak abad ke-17 sampai kurang lebih akhir abad ke-18. Kayu cendana, kayu manis, cengkih, pala, dan fuli atau lawang menja­di komoditas yang sangat mahal harganya di pasar internasional di Eropa waktu itu. Tapi sejak Belan­da memilih Pulau Jawa sebagai pusat politik dan ekonominya, kawasan ini menjadi wilayah yang terus-menerus mengala­mi marginalisasi politik dan ekonomi sampai dekade-dekade awal abad ke-21 saat ini.

Setelah dua dekade Orde Baru Suharto berakhir, ada banyak hal yang sudah berubah di Maluku dan kawasan Indonesia Timur pada umumnya. Jumlah kabupaten/kota bertambah tapi kontribusinya pada perekono­mian di wilayah terebut tidaklah terlalu besar. Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan bahwa Indonesia Timur adalah masa depan kita. Di luar tafsiran-tafsiran politik atas pernyataan tersebut, kita sudah harus lebih serius mempertimbangkan ke arah mana haluan masa depan In­donesia menuju. Dengan berbagai pertimbangan rasional kita bisa mulai mendiskusikan apakah masa depan Indonesia akan tetap diproyeksikan ke wilayah-wilayah di barat, di Jawa terutama, yang cenderung sudah overpopulated, atau justru sebaliknya mengarah ke timur yang selama ini cenderung diabaikan. Secara metaforik pertanyaannya adalah apa­kah kita akan menetapkan masa depan Indonesia di tempat senja datang dan matahari terbenam ataukah kita akan memilih melabuhkan bahtera harapan bagi masa depan yang masih muda remaja di tempat terbitnya matahari pagi.
(Kembali Ke Atas)
(Kembali Ke Atas)