Sinopsis
Martin Luther itu milik semua orang yang ingin hidup beriman berdasarkan Kitab Suci dan anugerah Allah. Dalam rangka itulah Gereja-gereja di Indonesia ikut dalam arak-arakan rohani ini, meskipun jauh dari proses historis Reformasi (Ephorus Huria Kristen Batak Protestan, emeritus, Dr. J.R. Hutauruk, doktor Sejarah Gereja)
Relasi antara murid dan penganut jalan Tuhan pernah diwarnai kutuk-mengutuk, bahkan peperangan. Semua itu telah menjadi bagian dari masa lalu. Namun, peristiwa itu tetap terbuka untuk dimaknai sebagai peristiwa rakhmat yang melahirkan hikmat (Prof. Dr. Eddy Kristiyanto, OFM, Guru Besar Sejarah Gereja, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta)
Spiritualitas Protestan yang terbuka, mengakar pada isu sosial, namun relevan di zaman hipermodern ini sungguh mendesak ditemukan, agar gereja Reformasi yang memisahkan diri bertanggung jawab menyembuhkan batin anak-anaknya (Pdt. Martin Sinaga, DTh, Pendeta Gereja Kristen Protestan Simalungun, dosen luar biasa pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Jakarta)
Bagaimana gereja-gereja Reformasi dan Gereja Katolik menghidupi spiritualitasnya? Gereja masa kini berada dalam kemapanan kultis. Kita harus kembali kepada model gereja perdana, rumah yang memberdayakan golongan tersisih, komunitas yang digerakkan Firman Allah (Elvina Simanjuntak, MA, Sekretaris Program Pusat Pastoral Keuskupan Sibolga)
