Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Cara PembelianTestimoniPusat BantuanTentang KamiHubungi Kami
Buku    Sejarah, Budaya & Filsafat    Sejarah

Catatan BM Diah: Peran "Pivotal" Pemuda Seputar Lahirnya Proklamasi 17-8-'45

Berat 0.50
Tahun 2018
Halaman 404
ISBN 9786024335670
Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Sinopsis       Buku Sejenis
 
Harga: Rp100.000
Tersedia:
Dikirim 2-5 hari berikutnya SETELAH pembayaran diterima. (Senin s/d Jumat, kecuali hari libur)

Sinopsis

Burhanudin Mohamad Diah (BM Diah), lahir di Kotaraja (sekarang Banda Aceh), 7 April 1917. BM Diah adalah pendiri dan pemimpin surat kabar Merdeka (surat kabar yang tergolong tua di Indonesia) yang dirintisnya sejak 1 Oktober 1945. Sebagai tokoh pers senior yang disegani dan pernah menjadi sekretaris pribadi tokoh pergerakan nasional, Douwes Dekker, ia mengawali kariernya di bidang jurnalistik sebagai redaktur pertama di Sinar Deli, Medan, kemudian “millmeter vreter” pada surat kabar Sin Po (1939).

Pada tahun 1945, BM Diah menjabat sebagai redaktur pelaksana dan wakil pemimpin redaksi surat kabar Asia Raya, serta sekaligus melibatkan dirinya dalam kegiatan politik sebagai pemimpin gerakan pemuda yang dikenal dengan nama Angkatan Baru ’45, sebagaimana buku yang sedang berada di tangan para pembaca sekarang ini. Ia juga aktif sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di masa permulaan revolusi 17 Agustus 1945, anggota Dewan Penasihat Presiden Soekarno, dan anggota Dewan nasional.

BM Diah adalah seorang nasionalis dan patriot sejati. Tiga kali berturut-turut ia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Cekoslovakia dan Hongaria, Kerajaan Inggris dan Muangthai (sekarang Thailand) dari tahun 1959-1967. Bersamaan kedudukannya sebagai Duta Besar di Cekoslovakia, ia juga merangkap sebagai gubernur untuk Indonesia pada Komisi Internasional Energi Atom. Pada tahun 1966-1968, ia memegang jabatan sebagai Menteri Penerangan RI.

Pada 21 Juli 1987, di usia 70 tahun dan waktu itu sudah berpengalaman 50 tahun di dunia jurnalistik, BM Diah memperoleh kesempatan emas mewawancarai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, Mikhail Sergeyevich Gorbachev, di Kremlin, Moskow. Ia menganggap pertemuannya dengan Gorbachev sebagai mahkota bagi seorang wartawan.
(Kembali Ke Atas)
(Kembali Ke Atas)