Tweet |
|
Harga: Rp60.000
|
Tidak banyak yang tahu mengapa Soeharto pada pasca tahun 1966 demikian berambisi menggagas terbentuknya ASEAN dan implementasinya di kawasan Asia Tenggara? Posisi geografis Indonesia dengan luasnya yang masuk urutan 15 besar dunia (total luas darat dan laut 8.746.000 km2, dan khusus daratannya saja 1.904.345 km2, dan lain-lain) tampak demikian strategis keberadaan wilayah Indonesia tersebut yang memerlukan 'dana pengamanan' yang tidak kecil jumlahnya. Kalau 1 km2 memerlukan dana pengamanan 20 dolar AS dalam setiap tahunnya, berapa besar dana yang harus disiapkan, dan apakah kita mampu (pasca 1965 tersebut)? Terbentuknya ASEAN adalah sebuah gagasan yang demikian strategis bagi Indonesia, namun apakah hal ini dipahami banya pihak?
Dalam perkembangan dan dinamikanya, Indonesia tampaknya tidak maksimal dalam menempatkan ASEAN menjadi benar-benar strategis bagi kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan regionalnya yang saling menunjang dan makin meningkatkan 'prestasinya'. ASEAN yang merupakan prestasi dan investasi besar Indonesai 'belum' diisi oleh prestasi-prestasi besar dalam menunjang berbagai kepentingan domestik Indonesia. Memang suatu Asia Tenggara yang aman telah terwujud, namun apakah hanya sebatas itu yang diperlukan oleh Indonesia? Jelas tidak, karena negara-negara lainnya di lingkungan ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand, dan bahkan Vietnam) ternyata lebih canggih dan jauh lebih berhasil dan berprestasi dari Indonesia dalam memanfaatkan ASEAN sebagai jembatan kepentingan mereka di berbagai bidang. Salah satunya hal-hal yang terkait denga kebijakan UKM di ASEAN perlu menjadi pembelajaran? Masih banyak hal-hal lainnya yang dapat dijawab oleh buku ini, misalnya, mengap makin lama (sampai akhir 2011) Indonesia makin memudar (tidak strategis) atas perannya di ASEAN? Mengapa demikian, dan apa yang salah?
Azharsyah Ibrahim | Sri Moertiningsih Adioetomo | Sofjan Assauri | Carunia Mulya Firdausy | Brigita P. Manohara |