Sinopsis
kemudian terbayang kembali
gadis itu, di hadapanku, memandang, dengan lembut, tajam
berkata, “Hidup itu indah bukan?”
sekilas wajah cantiknya, lekuk pinggulnya
cara berjalannya, jenjang kakinya
dan jawabku
“Ya, kuingin agar selalu dapat seindah dirimu....”
(“Hidup, dan Seorang Gadis”, Arya Yudistira Syuman)
*
Pria kelahiran Jakarta ini mulai menggeluti kecintaannya terhadap dunia tari di Jurusan Tari Folkwang Hochschule, Essen, Jerman Barat. Ia sukses menekuni bidang seni tari kontemporer dan menari hingga ke mancanegara—Swiss, Italia, Jerman, Rusia, dan Denmark.
Baginya, menulis adalah kegiatan yang menyenangkan sejak ia kuliah di Jerman. Tapi karena menari telah menyita waktu, tenaga, dan pikiran maka ia tidak terlalu serius menggeluti dunia tulis-menulis. Titik baliknya adalah ketika sang adik, Djenar Maesa Ayu mengajaknya menulis salah satu cerpen dalam buku 1 Perempuan 14 Laki-Laki. Arya Yudistira Syuman kembali menuangkan hasrat seninya di atas kertas, kali ini dalam bentuk kumpulan puisi yang sekarang ada di tangan Anda.
*
... Sajak-sajak Yudi banyak bercerita mengenai cinta dan variannya. Tentu ada
yang lebih berharga dari itu.
—Joko Pinurbo, penyair