Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Cara PembelianTestimoniPusat BantuanTentang KamiHubungi Kami
Buku    Sejarah, Budaya & Filsafat    Budaya

Merawat Tradisi Lisan: Sakeco Kemarin, Hari Ini, dan Masa Depan

Berat 0.42
Tahun 2025
Halaman 209
Penerbit Gadjah Mada University Press
Sinopsis          Buku Sejenis
 
Harga: Rp104.000
Tersedia:
Dikirim 2-5 hari berikutnya SETELAH pembayaran diterima. (Senin s/d Jumat, kecuali hari libur)

Sinopsis

Sakeco sebagai tradisi lisan tidak sepenuhnya tercipta dalam kelisanan, tidak hanya meliputi masalah penyampaian yang dituturkan dengan kata-kata, tetapi juga mencakup masalah sistem transmisi. Apa yang dilakukan oleh tukang lawas dalam memberi latihan kepada para muridnya selalu meminta penghafalan terhadap teks tulisan yang diberikannya. Artinya, tukang lawas dalam menyampaikan pesannya berawal dari lisan ke tulisan, dan kemudian dilisankan kembali dengan cara menghafalkan teks-teks yang telah dibuat secara tertulis. Para murid tetap memberlakukan teks yang diberikan oleh gurunya sebagai materi yang harus dihafalkannya untuk sebuah persiapan pertunjukan lebih lanjut. Interaksi itu tentu melahirkan proses penciptaan dan ada keinginan kuat untuk mewariskan sakeco lewat sebuah pertunjukan kepada generasi berikutnya sebagai tuntutan yang mendesak.



Sesuai dengan keberadaannya, seni ini menyampaikan pesan oleh tukang lawas (tau sakeco) berdasarkan peristiwa sosial, kesejarahan, dan kepahlawanan serta adat istiadat dalam masyarakat pemiliknya. Dalam pertunjukannya sangat mementingkan lawas dan cerita, dengan cara melantunkan dan menggunakan irama (temung) yang didasarkan pada jumlah suku kata, kata, baris, dan setengah baris. Akan tetapi, tukang lawas tidak sepenuhnya terikat pada naskah yang telah dihafalkannya, ia masih memiliki kebebasan untuk mengubah atau menambah larik-lariknya tergantung pada situasi yang berkembang pada saat pertunjukan dilangsungkan. Selain itu, tukang lawas dituntut pula ketrampilan mengolah cara penyampaiannya, mahir dalam memukul rebana, mampu menyesuaikan irama dengan adegan cerita yang berlangsung, dan suaranya yang merdu menjadi aspek penting untuk mendapatkan respons penonton. Membaca buku ini, memberikan gambaran secara holistik tentang tradisi lisan, karena itu penulis menyajikannya dengan kalimat 'Sakeco Kemarin, Hari Ini, dan Masa Depan'.
(Kembali Ke Atas)
Advertisement:
(Kembali Ke Atas)