Tweet |
|
Kuffal Rp55.000 |
Menurut New York Times, The Misquoting Jesus masuk dalam kategori best seller. Buku ini menimbulkan kesan bahwa Alkitab bukan ilham Allah, melainkan "firman" para penyalin dan penerjemah Alkitab. Kesan yang muncul kemudian adalah Alkitab sudah dipalsukan atau diubah menurut kepentingan teologis para penerjemah dan penyalin Alkitab.
Semua argumen Ehrman salah. Kesalahan ini dimulai dari titik awal yang salah. Pengaruh gerejanya memandang Alkitab sebagai bagian dari liturgi, wacana teologisnya berada di kubu agnostik dan liberal, sumber teologinya juga salah. Melalui titik awal yang demikian, penelitian, kajian, dan kesimpulan sudah pasti salah.
Kritik awal Ehrman sudah salah sehingga kita pun semakin diteguhkan karena, menurut Alkitab, pada akhir zaman akan bermunculan para penyesat. Untuk itu, tetaplah berpegang pada firman Allah sebagai pedang Roh untuk mengalahkan tipu daya Iblis.
Yongky Kuncoro, 12/02/2010 |
E.P. Gintings | Rainer Scheunemann | G.C. van Niftrik | Timotius Subekti | Bahaudin Mudhary |