Buku ini merupakan sebuah buku teologi sekaligus khotbah yang menukik ke dalam persoalan dan pertanyaan dasariah manusia yang selalu mengembara mencari makna hidup. Dibagi ke dalam 30 tulisan, Penulis memulai tulisannya dengan mengajukan pertanyaan: Apakah kesamaan menjamin perdamaian? Sebaliknya, apakah perbedaan pasti memunculkan pertikaian? Ia sendiri meyakini bahwa persamaan memang bisa menyatukan, tetapi juga bisa menjadi awal pertikaian. Sebaliknya, perbedaan, jika ditonjol-tonjolkan bisa mengakibatkan permusuhan, tetapi jika diterima dengan arif, bisa memperkaya kebersamaan.
Itulah penjelasan mengenai dasar-dasar kondisi damai dalam buku ini. Yesus, Sang Raja Damai, telah datang dalam peristiwa Natal lebih dari 2000 tahun yang lalu, menjadi manusia dan berkemah bersama kita manusia. Dalam peristiwa Natal inilah terlihat bagaimana sesama orang Yahudi saling bertolak belakang menyambut Kristus: gembala di padang dengan sukacita menyambut kedatangan-Nya, tetapi Herodes, raja Yahudi, malah berusaha membunuh-Nya. Sementara tu, orang Majus, yang bukan merupakan orang Yahudi, malah menyambut hormat Mesias Yahudi tersebut.
Damai dan konflik sendiri adalah bagian dari kehidupan sehari-hari manusia, baik di zaman dahulu, kini, dan seterusnya. Namun, lewat buku ini, kita diajak untuk mengikuti teladan dari kehadiran Yesus, Inkarnasi Allah, di atas bumi. Apa pun kondisinya, selama pelayanan-Nya, Yesus terutama mengajarkan tentang arti mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia sebagai prasyarat untuk dapat menjaga dan meraih kedamaian dan perdamaian. Dalam konteks Gereja dan Indonesia, sebagaimana Yesus dapat menyatukan orang-orang yang saling bertolak belakang pribadi dan pandangan politiknya menjadi para murid-Nya, kita pun didorong untuk bisa membawakan teladan-Nya untuk membagi kasih dan merawat perdamaian di negeri ini. Namun, semua itu tidaklah instan, selalu harus melewati proses yang kadang kala menguras air mata, tenaga, dan bahkan jiwa. Sekalipun demikian, perbuatan menyemai kasih dan menjaga perdamaian itu layak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang nyata—bukan hanya di hari Natal atau di dalam gedung gereja belaka bagi kemaslahatan bersama.
Kata Pengantar 1. Raja Damai Itu untuk Semua Orang .... Khususnya yang Terpinggirkan 2. Hari Ini! 3. Itu Sudah Cukup! 4. Menjadi Manusia dan Berkemah Bersama Kita 5. Keselamatanmu Sudah Datang 6. Allah yang Saya Percayai 7. Sukacita Natal 8. Natal: Drama Keramahtamahan 9. Muliakan Dia dengan Puji-pujian 10. Pelayan Pendamaian 11. Misi Pendamai an Harus Terus Berjalan 12. Dari Natal Sampai Maranatha 13. Mencintai Allah 14. Bukalah Tangan Anda untuk Mengampuni 15. Burung Pipit dan HIV 16. Allah Gunung Horeb 17. Allah yang Tidak Efisien 18. Tidak Ada yang Mustahil bagi Tuhan 19. Injil dalam Perjanjian Lama 20. Berlomba dengan Tekun 21. Imamat Orang Percaya 22. Qui Cantat Bis Orat (Siapa Bernyanyi, Berdoa Dua Kali) 23. Sang Firman Itu Mendengarkan 24. Mendengar Suara Roh Kepada Jemaat 25. Alat Damai Sejahtera 26. Altar dan Pasar 27. Dibandingkan, Bukan Dipertandingkan 28. Konsep Kaya dalam Alkitab 29. Onesiforus dan Keluarganya 30. Masa Natal Harus Disudahi