Tweet |
|
Harga: Rp27.000
|
Bisakah Indionesia hidup tanpa kekerasan? Bagi mereka yang awam, tentu saja jawabanya sangat tegas: bisa, Tetapi, bagi mereka yang mengkaji soal konflik, jawabannya ragu-ragu: antara bisa dan tidak bisa. Sebeb, perjalanan bangsa Indonesia penuh konflik berdarah. Di tingkatr nasional begitu banyak kasus berdarah yang tidak terurus tuntas, misalnya Tragedi Madiun 1948 dan Peristiwa Pemberontakan PKI 1965. Di tingkat daerah ada peristiwa Tanjung Priok, kasus Warsidi di Lampung, Kasus Semanggi I dan II, tragedi Maluku, Poso, Kalimantan Barat, Pemberontakan Aceh Merdeka, Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Ini memperlihatkan bahwa tanah Indonesia penuh dengan konflik berdarah antar golongan.
Karena itu, diperlukan berbagai pembelajaran agar bangsa Indonesia bisa melakukan rekonsiliasi secepatnya. Dibutuhkan juga berbagai pembelajaran agar berbagai golongan di Indonesia segera melupakan kekerasan dan bersedia hidup berdampingan dengan damai bersama golongan lain. Dasri kacamata ini, kehadiran buku ini sangat tepat. Buku ini, bahkan, sangat bermanfaat. Sebab, dari judulnya, sudah terungkap apa yang dikandung buku ini: cara-cara memutus mata rantai kekerasan. Sekalipun contoh-contoh kasus yang diceritakan buku ini menyangkut kejadian di luar Indonesia, cara-cara penyelesaiannya bisa ditiru oleh bangsa Indonesia. Lebih dari Itu, buku ini juga menawarkan berbagai kebijakan untuk mencegah konflik.
Mohammad Fadil Imran | T.O. Ihromi | Dumasari | Yahya Zakaria | Sutoyo |