Sinopsis
“Anak muda sudah seharusnya memilih jalan mendaki. Jalan berat memang sarat tantangan, tetapi bisa mengantarkan ke puncak.”
Buku ini berisikan kisah-kisah keseharian yang diramu dengan buah pemikiran dan surat-surat Anies Baswedan. Cerita sedari Anies kecil hingga sekarang menjadi salah satu tokoh penting di negeri ini, sekiranya mampu memberi gambaran tentang sosok Anies Baswedan secara menyeluruh.
Dalam buku ini tergambarkan bagaimana pola asuh orangtua kepada Anies kecil, kehidupan di sekolah, tumbuhnya jiwa kepemimpinan, dan perjuangan Anies meraih impian—kisah-kisah yang diharapkan menginspirasi generasi muda tentang pentingnya kegigihan berjuang.
Memang sebagai tokoh publik, Anies tak lepas dari kritik dan kontroversi. Bagaimanapun seperti yang sering diucapkannya, "ini bukan about me. Namun, about the nation, about the government.”
ENDORSMENT
“Indonesia butuh jembatan, dan jembatan itu adalah Anies Baswedan.”
—Pandji Pragiwaksono, Penulis buku NASIONAL.IS.ME
“Anies itu seorang orator ulung, Anies adalah panutan banyak aktivis dan generasi muda.”
—dr. Sunarto Darsono., M.Kes, aktivis ’98 dan Anggota Senat UGM 1992.
“Anies Baswedan mengajak kita melihat Indonesia dengan kacamata yang berbeda. Dia menularkan optimisme kepada anak-anak bangsa, mengayakan pemahaman kita akan kekayaan sumber daya manusia, budaya, dan keberagamannya. Seperti lokomotif, Anies mengajak untuk bergerak bersama dalam sebuah gerakan yang sebelumnya nyaris tak terpikirkan orang lain.
Melalui ‘Gerakan Indonesia Mengajar’ dan ‘Turun Tangan’, Anies mendorong anak-anak muda cerdas terdidik untuk mempererat tenun kebangsaan dan bersama-sama menyingsingkan lengan baju. Publik diajak turut meningkatkan mutu pendidikan, memberikan inspirasi kepada anak-anak hingga ke wilayah paling luar dari negeri ini, guna meraih mimpi yang sama dengan anak-anak di kota besar. Meminjam kata-kata Anies sendiri, ‘Tak ada gunanya mengutuk kegelapan, karena kita bisa menyalakan cahaya kecil, meski itu hanya satu lilin’.
Anies yakin bahwa semua pihak bisa dan perlu turut berperan memecahkan masalah yang dihadapi bangsa ini. Dialah lokomotif yang menggerakkan optimisme.”
—Geisz Chalifah, mantan pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)
“Proses pencerahan dapat dimulai dari sebuah cerita kehidupan sehari-hari yang dekat dengan pembaca. Kita, juga anak-cucu kita, dapat menarik hikmah dari kisah-kisah dalam buku ini.”
—Totok Amin Soefijanto, MA, Ed.D, peneliti dan akademisi, Universitas Paramadina