Tweet |
|
Begitu banyak manusia hidup di dunia hingga puluhan tahun tanpa mengetahui tempat apa sebenarnya dunia ini. Untuk apa mereka hidup? Bagaimana semestinya mereka hidup?Banyak orang jungkir balik mati-matian mengejar kesenangan dunia supaya bahagia. Lihatlah orang-orang tamak harta, gila pangkat, pemburu syahwat, berjihad keras mengejar keinginan siang dan malam, menghalalkan segala cara.Tetapi yang mereka dapatkan hanya letih, stress, atau kadang masuk penjara. Mereka tidak mendapankan kebahagian. Mungkin mereka belum tahu bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya tidak akan bisa didapat dengan mengejar dunia. Kebahagiaan sesungguhnya ada di dalam hati sendiri. Di dunia ini sebenarnya tidak ada kebahagiaan, yang ada hanyalah fatamorgana, kesenangan semu belaka.Banyak kalimat yang menggugah jiwa dan menggetarkan hati dalam buku ini.
• Dunia ini hanya sekadar jembatan menuju rumah (kediaman) abadi. Silakan buat jembatan Anda dari emas murni, tapi jangan dicintai, karena Anda tidak mungkin tidur di jembatan. Pasti akan menetap di kediaman abadi terakhir, di akhirat selamanya.
• Bila badan kita seperti bodi mobil dan ruh kita seperti mesin mobil. Dan mobil itu dikendalikan sopir, maka kita harus mampu menjadi sopir pengendali diri kita sendiri sebelum diambil alih setir oleh teman yang sesat atau setan jahat.
• Jangan takut mati, tapi siapkan diri Anda menghadapi kematian dan kehidupan sesudah mati! Mati itu seperti telur yang menetas dari cangkang. Tubuh kita adalah cangkang yang mati, ruh kita tetap hidup yang dapat merasakan dan berpikir.
• Kesedihan janganlah dipelihara, semua itu hanya masalah waktu, senang dan sedih akan berlalu. Semua akan selesai pada saat kematian.
• Kehidupan yang benar adalah ketika badan kita mati, artinya hidup kita akan menjadi benar dan baik bila badan kita tidak membutuhkan apa-apa lagi.
Al-Ghazali | Sri Narti | Ahmad Rifa'i Rif'an | Umar Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar | Ulfatmi Amirsyah |