Pada tahun-tahun awal, ia dicaci karena tak membuahkan hasil yang memuaskan. Sebuah banner bahkan terbentang di Old Trafford dengan tulisan: "Tiga tahun penuh alasan, dan hasilnya.... Sampai jumpa, Fergie."
Tapi, anak galangan kapan itu tak menyerah. Dengan mulut tajamnya, ia memerangi kebiasaan buruk para pemain yang membuat fisik mereka tak prima. Di tengah hijan kritik 'you'll never win anything with kids', matanya terus awas melihat potensi pemain-pemain belia untuk dipoles. Saat semangat tim mengendor, suntikan motivasinya selalu menghidupkan bomber gol untuk kembali beraksi. Bahkan, ketika sebuah sepatu dilayangkan kepada David Beckham, itu karena rasa pedulinya kepada pemain.
Usahanya tidak sia-sia. Hampir setiap tahun, ia memepersembahkan sebuah trofi dan euforia bagi para fans. Tak berlebihan bila dunia begitu kehilangan ketika seorang Sir Alex Ferguson memutuskan untuk pensiun. Lalu, siapa pula David Moyes yang dipilih sebagai suksesor?