Tweet |
Topik:
|
Tips Sukses Investasi, Jangan Mengikuti Orang!Oleh Belbuk.com, 28/03/2025
![]() Pecahnya gelembung dot-com pada awal tahun 2000-an mengurangi kekayaan rumah tangga sebanyak 6,2 triliun dolar. Akhir gelembung perumahan menghapuskan lebih dari 8 triliun dolar. Sulit meremehkan betapa merusak gelembung finansial secara sosial. Kehidupan orang dikacaukan olehnya. Mengapa terjadi? Dan mengapa terjadi berkali-kali? Mengapa kita tidak bisa belajar dari pengalaman? Jawaban normatifnya adalah bahwa manusia itu rakus, dan kerakusan adalah suatu ciri manusia yang tidak bisa dihapuskan. Advertisement:
Boleh jadi itu benar, dan jawaban itu cukup memuaskan bagi banyak orang. Namun ingat, tidak seorang pun gila dalam hal uang. Orang membuat keputusan finansial yang kemudian disesali, dan sering melakukannya dengan hanya sedikit informasi dan tidak memakai logika. Namun keputusannya masuk akal bagi mereka ketika dibuat. Menyalahkan kerakusan sebagai penyebab gelembung lalu berhenti di sana berarti melewatkan pelajaran penting mengenai bagaimana dan mengapa orang merasionalkan apa yang sesudahnya tampak sebagai keputusan rakus.
Sebagian alasan mengapa gelembung sulit dipelajari adalah karena tidak seperti kanker, di mana biopsi bisa memberi kita peringatan dan diagnosis yang jelas. Gelembung lebih dekat dengan naik turunnya suatu partai politik, yang hasilnya diketahui sesudah terjadi, tapi penyebabnya dan siapa yang salah tidak pernah disepakati. Persaingan berebut hasil investasi itu sengit, dan semua aset pasti dimiliki orang setiap waktu. Artinya gagasan gelembung akan selalu kontroversial karena tidak ada yang ingin berpikir bahwa dirinya memiliki aset yang nilainya berlebihan. Sesudah kejadian, kita lebih cenderung menuding sinis daripada belajar. Bukan untuk mengaggap kita akan pernah bisa menjelaskan sepenuhnya mengapa gelembung terjadi. Terlalu rumit untuk diberi jawaban sederhana untuk itu. Namun satu alasan mengapa gelembung terjadi adalah karena investor sering mengikuti petunjuk dari investor lain yang melakukan permainan yang berbeda. Ada satu gagasan dalam keuangan yang tampak tidak bermasalah tapi telah menyebabkan kerusakan yang tidak terbayangkan. Itu adalah gagasan bahwa aset punya satu harga rasional di dunia di mana para investor memiliki tujuan dan cakrawala waktu yang berbeda-beda. Tanya diri kita sendiri, berapa seharusnya kita membayar untuk memiliki saham Google sekarang? Jawabannya tergantung siapa "kita". Apakah kita punya waktu 30 tahun? Kalau begitu harga yang pas harus dihitung dengan analisis aliran kas Google selama 30 tahun ke depan. Apakah kita ingin menjualnya dalam 10 tahun? Kalau begitu harganya bisa dicari berdasarkan analisis potensi industri teknologi dalam satu dasawarsa ke depan dan apakah manajemen Google bisa melaksanakan visinya. Apakah kita ingin menjual dalam waktu satu tahun? Kalau begitu perhatikan siklus penjualan produk Google yang sekarang dan apakah kita akan mengalami pasar bearish? Apakah kita trader harian? Maka harga yang pas adalah "bodo amat" karena kita cuma mencoba mengambil beberapa dolar berdasarkan apa pun yang terjadi antara sekarang dan jam makan siang, yang bisa dicapai di harga berapa pun. Bila investor punya tujuan dan cakrawala waktu yang berbeda-beda, harga-harga yang tampak konyol bagi satu orang bisa masuk akal bagi orang lain karena faktor-faktor yang diperhatikan tiap investor berbeda-beda. Lihatlah gelembung dot-com pada tahun 1990-an. Orang bisa melihat saham Yahoo! pada 1999 dan berkata "Itu gila! Sekian kali omzet? Valuasinya tidak masuk akal!" Namun, banyak investor yang memiliki saham Yahoo! pada 1999 punya cakrawala waktu yang sangat pendek sehingga masuk akal bagi mereka membayar harga yang konyol. Seorang trader harian dapat mencapai apa yang diinginkannya, entah harga saham Yahoo! sedang 5 dolar atau 500 dolar, asalkan pergerakannya ke arah yang dikehendaki pada hari itu. Dan memang begitu selama bertahun-tahun. Satu hukum besi keuangan adalah bahwa uang mengejar hasil sejauh mungkin. Jika suatu aset punya momentum, sudah bergerak naik secara konsisten untuk beberapa lama, tidak aneh bila sekelompok trader jangka pendek berasumsi bahwa aset itu akan terus bergerak ke atas. Bukan tanpa akhir, tetapi hanya untuk periode pendek sesuai keperluan mereka. Dan momentum menarik trader dalam cara yang masuk akal. Barulah yang lain ikut-ikutan. Gelembung terbentuk bila momentum hasil jangka pendek menarik cukup banyak uang sehingga jenis investornya beralih dari sebagian besar jangka panjang ke sebagian besar jangka pendek. Prosesnya memperkuat diri sendiri. Selagi para trader mengejar hasil jangka pendek, akan makin banyak trader yang tertarik. Tidak lama kemudian, dan sering kali memang tidak lama, penentu harga dominan di pasar yang palig berpengaruh adalah mereka yang cakrawala waktunya lebih pendek. Gelembung bukan sekedar valuasi yang meningkat. Itu hanya gejala sesuatu yang lain, yaitu cakrawala waktu yang memendek selagi makin banyak trader jangka pendek yang memasuki arena. Biasanya dikatakan bahwa gelembung dot-com adalah masa optimisme tak rasional mengenai masa depan. Namun salah satu berita yang paling lazim pada era itu adalah pengumuman rekor volume jual beli yang terjadi bila investor berjual beli dalam satu hari. Investor, terutama yang menentukan harga, tidak berpikir mengenai 20 tahun ke depan. Rata-rata reksadana mutual omzet tahunannya 120% pada tahun 1999, artinya mereka paling-paling berpikir delapan bulan ke depan. Begitu juga investor individual yang membelinya. Hal yang sama terjadi dalam gelembung perumahan pada pertengahan 2000-an. Sulit membenarkan jika seseorang membayar harga 700.000 dolar demi rumah dua kamar tidur di Florida untuk tempat tinggal keluarga kita dalam sepuluh tahun ke depan. Namun itu masuk akal jika kita berencana menjual lagi rumah itu dalam beberapa bulan sesudah harganya naik agar mendapat laba dengan cepat. Persis itulah yang banyak orang lakukan selama gelembung perumahan. Data Attom, perusahaan yang melacak transaksi properti, menunjukkan jumlah rumah di Amerika yang terjual lebih daripada satu kali dalam periode 12 bulan naik lima kali lipat selama gelembung terjadi, yaitu dari 20.000 pada kuartal pertama tahun 2000 ke 100.000 lebih pada kuartal pertama tahun 2004. Jual beli rumah merosot sampai di bawah 40.000 per kuartal sesudah gelembung dan tetap di sekitar tingkat tersebut sejak saat itu. Mereka yang berjual beli rumah tidak peduli dengan rasio harga dan sewa jangka panjang atau apakah harga yang mereka bayar didukung pertumbuhan pendapatan jangka panjang. Angka-angka itu tidak relevan di permainan mereka. Satu-satunya yang penting bagi mereka adalah harga rumah yang lebih tinggi bulan depan dibanding bulan ini. Dan selama beberapa tahun, memang begitu. Kita bisa mengatakan banyak hal mengenai para investor itu. Sebut mereka spekulator. Sebut mereka tidak bertanggungjawab. Kita mungkin geleng-geleng kepala melihat kesediaan mereka mengambil risiko besar. Namun mereka bukan tidak rasional. Pembentukan gelembung bukan hanya soal orang-orang ikut-ikutan investasi jangka panjang secara tidak rasional, melainkan orang-orang yang secara agak rasional bergerak ke arah trading jangka pendek untuk menangkap momentum yang memanfaatkan dirinya sendiri. Apa yang kita perkirakan akan dilakukan orang ketika momentum menciptakan satu potensi hasil besar jangka pendek? Duduk dan menonton dengan sabar? Tidak. Bukan begitu cara kerja dunia. Laba akan selalu dikejar. Dan trader jangka pendek beroperasi di area di mana aturan investasi jangka panjang, terutama seputar valuasi, diabaikan karena tidak relevan dengan permainan yang dilakukan. Di sanalah hal-hal jadi menarik dan masalah dimulai. Gelembung menyebabkan kerusakan ketika investor jangka panjang yang melakukan satu permainan mulai mengambil petunjuk dari trader jangka pendek yang permainannya beda. Harga satuan saham Cisco naik 300% pada tahun 1999 ke 60 dolar. Di harga itu, perusahaan tersebut bernilai 600 miliar dolar. Gila memang. Hanya sedikit yang benar-benar berpikir nilainya sebesar itu, yaitu para trader harian yang sekedar sedang bersenang-senang. Ahli ekonomi Burton Malkiel pernah menunjukkan bahwa laju pertumbuhan Cisco yang disiratkan valuasi itu berarti Cisco bakal lebih besar daripada seluruh ekonomi Amerika Serikat dalam 20 tahun. Namun, jika kita investor jangka panjang pada tahun 1999, 60 dolar adalah satu-satunya harga yang tersedia untuk pembelian saham Cisco. Dan banyak orang yang membelinya di harga itu. Jadi kita barangkali melihat-lihat dan berkata kepada diri sendiri, "Wow, barangkali para investor lain itu tahu sesuatu yang saya tidak ketahui." Mungkin kita akan mengikuti mereka. Kita bahkan merasa pintar karenanya. Kita tidak sadar bahwa para trader yang menetapkan harga marginal saham melakukan permainan yang berbeda dengan kita. 60 dolar per saham itu harga yang masuk akal bagi trader karena mereka berencana menjual saham itu sebelum akhir hari, ketika harganya mungkin lebih tinggi. Namun enam puluh dolar bisa menyebabkan bencana bagi kita karena kita berencana memegang saham itu dalam jangka panjang. Bila seorang komentator CNBC berkata, "Anda harus beli saham ini," ingat bahwa dia tidak mengenal kita. Apakah kita seorang remaja yang trading hanya untuk senang-senang? Janda tua dengan anggaran terbatas? Manajer hedge fund yang mencoba memperbaiki pembukuan sebelum kuartal berakhir? Apa kita mesti menganggap ketiga orang itu punya prioritas yang sama dan bahwa tingkat harga saham manapun tepat untuk ketiganya? Sulit memahami bahwa investor lain punya tujuan yang berbeda dengan kita karena satu jangkar psikologi adalah tidak menyadari bahwa orang rasional bisa memandang dunia dengan lensa yang berbeda. Kenaikan harga membujuk semua investor dengan cara-cara yang membuat pemasar terhebat iri. Kenaikan harga adalah obat yang bisa membuat investor sadar nilai menjadi optimis naif, putus hubungan dengan realitanya sendiri karena tindakan seseorang yang melakukan permainan yang berbeda. Satu hikmah yang bisa diambil di sini adalah bahwa hanya sedikit hal yang lebih penting dalam urusan uang dibanding memahami cakrawala waktu kita sendiri serta tidak terbujuk perbuatan dan perilaku orang yang melakukan permainan yang berbeda. Nasihat utamanya adalah usahakan mengenali permainan yang kita lakukan. Advertisement:
Jadi, bab "Anda & Saya" dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel mengajarkan bahwa setiap orang memiliki perspektif keuangan yang unik. Dengan memahami bahwa tidak ada strategi yang berlaku universal, kita dapat lebih bijak dalam membuat keputusan investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pribadi, tanpa terpengaruh oleh standar dan tujuan investasi orang lain.
|