Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Topik:
 

Tips Sukses Investasi, Buang Pesimisme!

Oleh Belbuk.com, 29/03/2025
Tips Sukses Investasi, Buang Pesimisme!Bab "Godaan Pesimisme" dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel membahas bagaimana pesimisme sering kali lebih menarik perhatian daripada optimisme, terutama dalam dunia keuangan.

Optimisme adalah kepercayaan bahwa peluang hasil baik akan ada seiring waktu, bahkan ketika dalam perjalanan ke sana akan ada halangan. Gagasan sederhana bahwa sebagian besar orang bangun pagi dan mencoba membuat keadaan jadi lebih baik, bukan membuat masalah, adalah dasar optimisme. Tidak rumit. Tidak dijamin juga. Itu hanyalah taruhan paling masuk akal bagi kebanayakan orang pada sebagian besar waktu. Mendiang ahli statistik Hans Rosling mengatakannya secara berbeda: "Saya bukan seorang optimis. Saya seorang posibilis yang serius."
Advertisement:
29 Desember 2008. Tahun terburuk untuk ekonomi dalam sejarah modern terjadi. Bursa saham di seantero dunia ambruk. Sistem keuangan global nyaris mati. Pengangguran meledak. Ketika keadaan tampak tidak bisa lebih baik lagi, The Wall Street Journal menerbitkan artikel yang mengatakan bahwa kita belum menyaksikan yang terburuk. Artikel di halaman depan itu berisi wawasan seorang profesor Rusia bernama Igor Panarin yang menggambarkan ancaman kehancuran mengerikan negara Amerika Serikat di tahun 2010 mendatang akibat krisis ekonomi yang sedang terjadi.

Boleh-boleh saja pesimistis mengenai ekonomi. Meramalkan kiamat pun silahkan. Sejarah penuh dengan contoh negara yang bukan hanya mengalami resesi, melainkan disintegrasi juga. Yang menarik di cerita tipe Panarin adalah bahwa kebalikannya, prakiraan optimisme berlebihan, jarang dianggap seserius ramalan kiamat.

Ambil contoh Jepang pada akhir 1940-an. Karena kalah Perang Dunia Kedua, Jepang hancur di segala bidang: ekonomi, industri, budaya, sosial. Musim dingin yang brutal pada tahun 1946 menyebabkan paceklik yang membatasi makanan di bawah 800 kalori per orang per hari. Bayangkan jika seorang akademikus Jepang menulis artikel di koran pada masa itu sebagai berikut:
"Berbesar hatilah, Saudara-saudara! Dalam masa hidup kita, ekonomi akan tumbuh sampai 15 kali ukurannya sebelum perang. Harapan hidup kita akan hampir berlipat ganda. Bursa saham kita akan memberi hasil yang belum pernah ada di negara mana pun. Tingkat pengangguran tidak akan pernah di atas 6% selama 40 tahun. Kita akan menjadi pemimpin dunia dalam inovasi elektronik dan sistem manajerial korporat. Tidak lama lagi kita akan sangat kaya sehingga memilik beberapa properti paling mahal di Amerika Serikat. Omong-omong, Amerika akan menjadi sekutu terdekat kita dan mencoba meniru wawasan ekonomi kita."
Orang itu akan langsung ditertawakan dan disuruh cek kewarasan.

Penjabaran di atas adalah yang benar-benar terjadi di Jepang dalam satu generasi sesudah perang. Namun, kebalikan ramalan Panarin tampak absurd, tidak seperti ramalan kehancuran. Pesimisme selalu kedengaran lebih cerdas dan masuk akal daripada optimisme. Beritahu seseorang bahwa segalanya akan lebih baik dan dia mungkin akan mengabaikan kita atau memandang dengan ragu. Beritahu seseorang bahwa dia dalam bahaya dan kita akan mendapat perhatian penuh dari dia.

Jika seseorang yang cerdas memberitahu saya bahwa dia punya pilihan saham yang akan naik harganya 10 kali pada tahun depan, saya akan langsung bilang dia omong kosong. Jika seseorang yang penuh omong kosong memberitahu saya bahwa satu saham yang saya miliki akan jatuh harganya karena ada penipuan akuntansi, saya akan kosongkan agenda dan dengarkan semua yang dia katakan.

Bila kita menyadari betapa banyak kemajuan yang bisa dibuat manusia sepanjang satu masa hidup dalam segala bidang dari pertumbuhan ekonomi, terobosan medis, kenaikan nilai saham, sampai keadilan sosial, seharusnya pikiran optimisme akan mendapat lebih banyak perhatian daripada pesimisme. Meski begitu daya tarik pesimisme sudah dikenal sejak zaman dulu. John Stuart Mill menulis pada 1840-an, "Saya telah mengamati bahwa yang dikagumi khalayak sebagai orang bijak bukan orang yang berharap ketika yang lain putus asa, melainkan orang yang putus asa ketika yang lain berharap." Pertanyaannya, mengapa? Dan bagaimana itu memengaruhi cara kita berpikir mengenai uang?

Mari ulangi premis bahwa tidak ada yang gila. Ada alasan-alasan sah yang membuat pesimisme menggoda bila berhubungan dengan uang. Ada baiknya kita mengetahui apa saja alasan itu untuk memastikan kita tidak terhanyut. Sebahagiannya adalah naluri dan tidak bisa dihindari. Namun beberapa hal lain yang membuat pesimisme finasial gampang, lazim, dan lebih meyakinkan daripada optimisme adalah:

1. Uang ada di mana-mana, sehingga ketika terjadinya sesuatu yang buruk cenderung berpengaruh ke semua orang dan mendapat perhatian semua orang.
Angin ribut yang melanda Florida tidak menjadi risiko bagi 92% warga Amerika. Namun, resesi yang menggebuk ekonomi dapat memengaruhi semua orang, termasuk kita. Saham naik 1% bisa disebutkan sebentar di berita malam. Namun, penurunan 1% akan dilaporkan dalam tulisan dengan huruf besar tebal yang biasanya berwarna merah darah. Sementara hanya sedikit yang bertanya atau mencoba menjelaskan mengapa indeks bursa saham naik tetapi hampir selalu ada upaya untuk menjelaskan mengapa turun.

Narasi mengenai mengapa penurunan terjadi membuatnya mudah dibicarakan, dikhawatirkan, dan dibuatkan cerita mengenai apa yang menurut kita akan terjadi berikutnya. Kalaupun kita tidak memiliki saham, hal-hal seperti itu akan merebut perhatian kita. Hanya 2,5% orang Amerika yang memiliki saham sebelum kejatuhan besar 1929 yang memicu Depresi Besar. Namun, sebagian besar orang Amerika menyaksikan dengan takjub selagi pasar ambruk, bertanya-tanya apa artinya bagi nasib mereka sendiri. Itu berlaku baik kita sebagai pengacara, petani, maupun montir mobil.

Ada dua topik yang akan memengaruhi kehidupan kita, baik kita tertarik kepadanya atau tidak, yaitu uang dan kesehatan. Isu kesehatan cenderung individual tetapi isu uang lebih sistemik. Di sistem yang saling terhubung, di mana keputusan satu orang bisa memengaruhi semua orang lain, bisa dimengerti mengapa risiko finansial disoroti dan mendapat perhatian lebih banyak daripada berbagai topik lain.

2. Para pesimis sering mengekstrapolasi tren sekarang tanpa mempertimbangkan bagaimana pasar beradaptasi.
Pada tahun 2008, aktivis lingkungan hidup Lester Brown menulis: "Tahun 2030 Tiongkok memerlukan 98 juta barel minyak per hari. Dunia kini memproduksi 85 juta barel per hari dan boleh jadi tidak akan pernah memproduksi lebih banyak lagi. Habislah cadangan minyak dunia."

Dia benar. Dunia akan kehabisan minyak dalam skenario itu. Namun, bukan begitu cara kerja pasar. Ada hukum besi ekonomi, yaitu keadaan sangat bagus dan sangat jelek jarang bertahan lama karena pasokan dan permintaan akan menyesuaikan diri dengan cara-cara yang sulit diprediksi. Faktanya, setelah harga minyak per barel naik dari 20 dolar pada 2001 menjadi 138 dolar pada 2008, produksi minyak semakin meningkat menjadi di atas 100 juta barel per hari sekarang ini. Kenaikan harga minyak menjadi sumber keuntungan besar bagi produsen sehingga memicu peningkatan teknologi pengeboran.

Bagi seorang pesimis yang mengekstrapolasi tren minyak pada 2008, tentu saja keadaan tampak buruk. Bagi seorang realis yang mengerti bahwa kebutuhan akan mendorong penemuan, keadaan tidak seburuk itu. Berasumsi bahwa sesuatu yang buruk akan tetap buruk adalah perkiraan gampang dan juga meyakinkan karena tidak mengharuskan membayangkan dunia berubah. Namun, masalah selalu berubah dan orang akan menyesuaikan diri. Biasanya ancaman akan menjadi insentif untuk solusi yang sepadan. Itu jalan cerita biasa dalam sejarah ekonomi yang terlalu gampang dilupakan para pesimis yang membuat perkiraan berupa garis lurus.

3. Kemajuan terjadi terlalu lambat untuk diperhatikan, tapi kemunduran terjadi terlalu cepat untuk diabaikan.
Ada banyak tragedi yang terjadi dengan cepat, tetapi jarang ada keajaiban yang terjadi dengan cepat. Pertumbuhan didorong penumpukan yang selalu butuh waktu. Kehancuran disebabkan oleh titik-titik tunggal, yang bisa terjadi dalam hitungan detik, dan hilangnya kepercayaan yang bisa terjadi dalam sekejap.

Lebih gampang menciptakan narasi seputar pesimisme karena bagian-bagian ceritanya cenderung lebih segar dan baru. Narasi optimis memerlukan pangamatan atas sejarah dan perkembangan dalam jangka panjang, yang cenderung dilupakan orang dan lebih sulit dikumpulkan.

Pertimbangkan kemajuan kedokteran. Kalau melihat 50 tahun terakhir, akan ketahuan sesuatu yang luar biasa. Menurut National Institute of Health, angka kematian per kapita karena penyakit jantung sudah turun melebihi 70% sejak 1965. Penurunan 70% kematian akibat penyakit jantung itu cukup untuk menyelamatkan nyawa kira-kira setengah juta orang Amerika per tahun. Namun, karena terjadi sangat lambat, kemajuan itu kurang mendapat perhatian dibanding musibah cepat dan mendadak seperti terorisme, pesawat jatuh, atau bencana alam. Kita dapat mengalami Badai Katrina lima kali seminggu, tiap minggu - bayangkan berapa banyak perhatian yang akan diterimanya - dan itu masih belum menghapuskan jumlah nyawa yang tiap tahun diselamatkan karena penurunan penyakit jantung dalam 50 tahun terakhir.

Hal yang sama berlaku di bisnis, di mana dibutuhkan bertahun-tahun untuk menyadari betapa penting suatu produk atau perusahaan, tapi kegagalan bisa terjadi dalam waktu singkat. Dan di bursa saham, di mana penurunan 40% yang terjadi dalam enam bulan akan memicu penyelidikan Kongres, tapi kenaikan 140% yang terjadi dalam enam tahun bisa tidak diperhatikan. Sengatan singkat pesimisme berjaya sementara tarikan kuat optimisme tidak diperhatikan.
Advertisement:
Jadi, bab "Godaan Pesimisme" dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel mengajarkan bahwa meskipun pesimisme sering kali terdengar lebih meyakinkan, itu tidak selalu mencerminkan realitas jangka panjang. Dengan memahami bagaimana bias ini memengaruhi keputusan kita, kita dapat mengelola keuangan dengan lebih tenang, rasional, dan strategis.

Versi Video:

The Psychology of Money: Pelajaran Abadi Mengenai Kekayaan, Ketamakan, dan Kebahagiaan
Rp97.000
©2008-2025 - Belbuk.com
Jl. As'syafiiyah No. 60B, Cilangkap, Jakarta Timur 13870
Tlp. 021-22811835 (Senin s/d Jumat Pkl 09.00-18.00 WIB)