Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Cara PembelianTestimoniPusat BantuanTentang KamiHubungi Kami
Buku    Sosial & Politik    Sosial

Ragam Identitas Perempuan Bukan Bayang-bayang: Menguatkan Konstruksi Nasionalisme

Berat 0.30
Tahun 2018
Halaman 244
ISBN 9786024336059
Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Sinopsis       Buku Sejenis
 
Harga: Rp85.000
Tersedia:
Dikirim 2-5 hari berikutnya SETELAH pembayaran diterima. (Senin s/d Jumat, kecuali hari libur)

Pelanggan yang Membeli Buku Ini Juga Membeli Buku Berikut:

Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat
Jostein Gaarder
Rp135.000
Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer
Akhyar Yusuf Lubis
Rp88.000
Administrasi Kepegawaian Negara
Sahya Anggara
Rp55.000
Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis): Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan
Haryatmoko
Rp95.000
Lainnya+   

Sinopsis

Buku ini menunjukkan bahwa ragam identitas perempuan adalah keniscayaan, dan tersusun atas pengalaman hidup perempuan sehari-hari. Pengalaman berada pada pusaran konflik tambang, situasi perempuan mengalami pergeseran, antara eksistensi kehadiran mereka dalam konflik versus pengakuan dan negasi yang dialaminya. Posisi perempuan dalam konflik, pengakuan, dan penegasian mengantarkan penulis pada suatu kerangka inti dari nexus antara perempuan dan negara. Proses perubahan sosial sekitar konflik tambang telah merajut keragaman identitas perempuan yang konkret.

Teori feminis poskolonial menunjukkan jalan tersendiri ke arah mana kelompok komunitas masyarakat yang “kalah” dalam pengelolaan sumber daya alam itu “menemukan” pembebasannya. Etnografi feminis poskolonial memfasilitasi ruang komunikasi dan menggambarkan bagai-mana komunitas “bisu” atau “subaltern” mampu bicara, menceritakan bukan hanya pengalaman pedih atas ketertindasan, eksploitasi, tetapi juga tentang luapan kegembiraan dalam merayakan kemenangan atas ruang-ruang baru mereka.

Selain berisi pembahasan tentang keragaman identitas perempuan dalam konflik, buku ini juga merupakan catatan pengakuan atas keberadaan gerakan perempuan dari sudut-sudut desa terpencil. Gerakan-gerakan itu ternyata memuat unsure diskursus feminis poskolonial.

Perempuan di Dunia Ketiga atau Global South seringkali hanya digambarkan secara sepihak sebagai kelompok yang tidak berdaya, namun buku ini memberikan perspektif yang berbeda, yang menunjukkan bahwa perempuan secara aktif memberdayakan diri dan kelompoknya, dan menjawab tantangan yang ada.

Saya sangat gembira dengan terbitnya buku ini, mudah-mudahan peneliti dan penulis lain tergugah untuk menulis dan melakukan penelitian, untuk mengungkap suara-suara dan perspektif kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Hal ini bisa memberikan kontribusi yang unik dan penting bagi perkembangan teori dan metodologi sosial di Indonesia
(Kembali Ke Atas)
(Kembali Ke Atas)