"Ketenteraman jiwa yang diperoleh dengan banyak mengingat Allah di usia tua akan menjadi sumber "energi positif" untuk melakukan semua yang disebut kebaikan. Dari sinilah "rasa bahagia" bisa diraup sebagai "madu kehidupan".
Rasa bahagia itulah, yang ditawarkan Sahabat Yusron Aminulloh dalam bukunya PENSIUN BERMARTABAT (Tidak ada Pensiun Bagi Pejuang Hidup) ini. Rasa bahagia itu sebuah tawaran sederhana, tetapi tidak mudah meraihnya."
(D. Zawawi Imron)
"Pensiun hanya ada dalam paradigma pegawai. Barang siapa berpikir bahwa dia bekerja untuk mendapatkan upah, maka pensiun adalah keniscayaan yang pahit. Tapi bagi mereka yang bekerja untuk hidup melayani orang lain dan Pencipta-Nya, bukan sekadar mencari duit, tidak akan pernah mengenal pensiun. Bagi orang semacam ini, setelah "pensiun", kehidupannya malah semakin sibuk.
Di tengah schoolism yang kronis di Indonesia, Saya menyambut baik buku mas Yusron Aminulloh ini. Tapi saya usul judulnya diganti. Pensiun Bermartabat masih membawa paradigma pegawai. Judul yang tepat adalah Hidup Tak Kenal Pensiun."