Tweet |
Topik:
|
Menjadi Percaya Diri Berbicara di Depan Umum Melalui PersiapanOleh Belbuk.com, 11/02/2025
![]() Salah satu hal yang telah menghasilkan perbedaan di antara sukses dengan gagal dalam mempresentasikan pembicaraan-pembicaraan ini adalah mendesaknya menyiapkan suatu pembicaraan sebelum seseorang mulai menyampaikannya, dan perlunya mempunyai sesuatu yang jelas dan pasti untuk disampaikan, sesuatu yang telah mengesankan sang pembicara sendiri, sesuatu yang tidak akan dibiarkan tidak terucapkan. Kita pasti secara tidak sadar tertarik kepada pembicara-pembicara yang, kita rasa, mempunyai pesan yang konkret dalam benak mereka dan hati mereka, yang secara penuh semangat ingin mereka komunikasikan kepada benak dan hati kita. Demikianlah setengah rahasia berbicara. Advertisement:
Ketika para pembicara berada dalam kondisi mental dan emosional seperti itu, mereka menemukan suatu fakta penting: Yaitu, bahwa pembicaraan mereka akan hampir tersampaikan sendiri. Kuknya akan enak, bebannya akan ringan. Pidato yang disiapkan dengan baik sudah sembilan puluh persennya tersampaikan.
Masalah utama sebagian besar orang dalam berbicara di depan umum adalah kurangnya percaya diri dan keberanian. Dan satu hal fatal yang banyak dilakukan orang adalah tidak menyiapkan pembicaraan mereka. Bagaimana mungkin mereka berharap menaklukkan kroni-kroni ketakutan, pasukan kegugupan, ketika mereka terjun ke dalam pertempuran dengan bubuk mesiu yang basah dan peluru-peluru kosong, atau tanpa amunisi sama sekali? Dalam keadaan seperti itu, wajarlah kalau mereka tidak terlalu kerasan di hadapan pendengar. Abraham Lincoln berkata, "Saya meyakini bahwa saya tidak akan pernah menjadi cukup tua untuk berbicara tanpa perasaan malu ketika saya tidak mempunyai apa untuk saya sampaikan." Dan, Daniel Webster, yang dianggap sebagai salah seorang orator terbesar sepanjang masa, mengatakan bahwa tampil di hadapan pendengar setengah siap, itu sama saja dengan setengah telanjang. Cara yang Tepat untuk MenyiapkanApa itu persiapan? Membaca bukukah? Itu salah satunya, namun bukan yang terbaik. Membaca mungkin membantu, namun kalau kita berupaya mengangkat banyak pemikiran "yang dikalengkan" dari sebuah buku dan langsung menyampaikannya sebagai pemikiran kita sendiri, keseluruhan performanya akan kekurangan sesuatu. Pendengar mungkin tidak tahu persis apa yang kurang, namun mereka tidak akan hangat terhadap sang pembicara. Pada suatu hari, seorang pria terhormat, yang sebut saja namanya Tuan Jackson, menemukan waktu telah menunjukkan pukul empat tiga puluh sore namun ia belum juga menentukan apa yang akan ia bicarakan. Ia keluar dari kantornya, membeli sebuah "Majalah Forbes" di kios majalah dan, dalam perjalanan menuju tempat di mana kelas berkumpul, ia membaca sebuah artikel berjudul "You Have Only Ten Years to Succeed." Ia membacanya bukan karena ia secara khusus berminat terhadap artikel tersebut, melainkan karena ia harus membicarakan sesuatu, atau apa pun, untuk mengisi kuota waktunya. Sejam kemudian, ia bangkit berdiri dan berupaya berbicara secara meyakinkan dan menarik tentang isi artikel tersebut. Apa hasilnya? Hasil yang tidak terelakkan! Ia belum mencerna, belum mengasimilasikan, apa yang ia coba sampaikan. Ia tidak mempunyai pesan konkret di dalam dirinya yang mencari penyaluran, dan keseluruhan pembawaan dan nadanya menyingkapkan hal itu secara pasti. Bagaimana mungkin ia menganggap pendengarnya lebih terkesan daripada dirinya sendiri? Ia terus saja mengacu pada artikel tersebut, mengatakan bahwa sang penulis mengatakan begini begitu. Terlalu banyak Majalah Forbes' dalam pembicaraannya, namun sayangnya terlalu sedikit Tuan Jackson itu sendiri. Maka sang pemimpin kelompok menyampaikan kepadanya: "Tuan Jackson, kami tidak berminat terhadap sosok bayang-bayang yang menulis artikel tersebut. Ia tidak berada di sini. Kami tidak bisa melihat dia. Akan tetapi kami berminat terhadap Anda dan ide-ide Anda sendiri. Beritahukanlah bagaimana menurut Anda pribadi, bukan apa kata orang." Tuan Jackson menerima saran tersebut, membaca ulang artikel tersebut, dan menyimpulkan bahwa ia sama sekali tidak sependapat dengan sang penulis. Ia membiarkannya bertumbuh. Hal itu adalah anak dari otaknya sendiri, dan berkembang menjadi besar, sama seperti anak-anak jasmaninya. Hal itu semakin dalam dan tinggi, panjang dan tebal sementara ia terus merenungkannya sepanjang sela-sela waktunya minggu itu. Pada kesempatan berikutnya Tuan Jackson berbicara tentang topik tersebut, ia mempunyai sesuatu yang adalah miliknya, tambang yang ia gali dari tambangnya sendiri, mata uang dalam valutanya sendiri. Dan ia berbicara jauh lebih baik karena ia tidak sependapat dengan penulis artikel tersebut. Tidak ada pemicu yang lebih efektif daripada sedikit oposisi. Sungguh kontras yang luar biasa, antara kedua pidato oleh orang yang sama, dalam dua minggu yang sama, tentang topik yang sama. Sungguh besar perbedaan yang dihasilkan oleh persiapan yang tepat! Apa Sesungguhnya Persiapan ItuPersiapan itu berarti mengumpulkan pemikiran-pemikiran kita sendiri, ide-ide kita sendiri, keyakinan-keyakinan kita sendiri, desakan-desakan kita sendiri. Dan kita sendiri mempunyai pemikiran-pemikiran seperti itu, desakan-desakan seperti itu. Kita mempunyainya setiap hari seumur hidup kita. Semuanya itu bahkan masuk lewat mimpi-mimpi kita. Keseluruhan keberadaan kita telah dipenuhi dengan berbagai perasaan dan pengalaman. Semuanya itu terletak di dalam pikiran bawah sadar kita setebal batu di pantai. Persiapan berarti memikirkan, merenungkan, mengingat-ingat, menyeleksi, hal-hal yang paling menarik kita, memolesnya, menggarapnya menjadi sebuah pola, sebuah mosaik kita sendiri. Hal itu hanya menuntut sedikit konsentrasi dan pemikiran kepada sebuah maksud. Bagaimana Lincoln Menyiapkan Pidato-pidatonya?Salah satu pidato Lincoln yang paling terkenal adalah pidato di mana ia mendeklarasikan dengan visi nubuatan: "Sebuah rumah yang terpecah melawan dirinya sendiri tidak akan bertahan. Saya yakin pemerintahan ini tidak mungkin bertahan, secara permanen, setengah budak dan setengah merdeka." Pidato ini terpikirkan olehnya ketika ia sedang melaksanakan pekerjaannya yang biasa, ketika ia sedang makan, ketika ia berjalan, dan ketika ia duduk di lumbung. Dari waktu ke waktu selama proses perenungan ini, ia membuat berbagai catatan, berbagai bagian, berbagai kalimat di sana sini pada amplop-amplop bekas, kertas-kertas bekas, apa pun yang ada di dekatnya. Sebagian pidato Lincoln, di mana ia hanya mempunyai minat yang dangkal, jelas-jelas gagal, namun ia dirasuki kuasa yang luar biasa ketika ia berbicara tentang perbudakan dan serikat. Mengapa? Sebab ia tiada hentinya merenungkan masalah-masalah ini dan merasakannya secara mendalam. Seorang pendamping yang sekamar dengannya pada suatu malam di sebuah penginapan di Illinois, bangun pada keesokan paginya menemukan Lincoln duduk tegak di tempat tidurnya, memandangi dinding, dan perkataannya yang pertama adalah: "Pemerintahan ini tidak mungkin bertahan secara permanen, setengah budak dan setengah orang merdeka." Bagaimana Menyiapkan Pembicaraan AndaJanganlah melakukan kesalahan yang hampir universal berupa mencoba meliput terlalu banyak dalam sebuah pembicaraan singkat. Ambil saja satu dua poin dari sebuah topik dan cobalah meliputnya secara memadai. Tentukanlah topik kita seminggu di muka, sehingga kita akan ada waktu untuk merenungkannya di sela-sela waktu kita. Renungkanlah topik tersebut selama tujuh hari; mimpikanlah topik tersebut selam tujuh malam. Renungkanlah topik tersebut menjelang kita tidur. Renungkanlah topik tersebut keesokan paginya sementara kita sarapan, sementara kita mandi, sementara kita dalam perjalanan ke kota, sementara kita menunggu lift, menunggu makan siang, menunggu janji bertemu. Diskusikanlah topik tersebut dengan teman-teman. Jadikanlah topik tersebut sebagai topik percakapan. Kalau misalnya, kita mau berbicara tentang perceraian, tanyakanlah kepada diri sendiri, apa yang menyebabkan perceraian, apa saja efek sosial ekonominya. Haruskah kita mempunyai undang-undang perceraian yang seragam? Mengapa? Haruskah perceraian dijadikan lebih sulit? Lebih mudah? Kalau kita bangkit berdiri dan berpikir jernih serta terus berbicara selama dua atau tiga menit, hanya itulah yang akan diharapkan dari kita selama beberapa pembicaraan kita yang pertama. Di lain pihak, bagaimana seandainya kita memutuskan untuk bicara tentang bisnis atau profesi kita? Kita sudah mempunyai kekayaan bahan tentang topik tersebut. Jadi, masalah kita adalah menyeleksi dan mengaturnya saja. Jangan berupaya memberitahu pendengar kita segalanya tentang hal itu dalam waktu tiga menit. Hal itu tidak mungkin dilaksanakan. Upaya tersebut akan terlalu kabur, terlalu terpecah. Ambil saja satu dan hanya satu fase dari topik kita lalu kembangkan dan perbesarlah itu. Di atas segalanya, jangan membuat pembicaraan kita menjadi sebuah khotbah yang abstrak. Hal itu akan membosankan pendengar kita. Jadikanlah pembicaraan kita sebagai kue lapis biasa dari berbagai ilustrasi dan pernyataan umum. Renungkanlah kasus-kasus konkret yang pernah kita amati, dan kebenaran-kebenaran mendasar yang ktia yakini diilustrasikan dalam kasus-kasus spesifik tersebut. Kita juga akan menemukan bahwa kasus-kasus konkret itu jauh lebih mudah diingat daripada abstraksi, jauh lebih mudah untuk dibicarakan. Kasus-kasus konkret itu juga akan membantu dan mencerahkan penyampaian kita. Advertisement:
Jadi, persiapan yang matang adalah fondasi utama dalam membangun kepercayaan diri dalam public speaking. Dengan memahami pentingnya persiapan, mengenal audiens, menguasai materi, menyusun struktur yang jelas, berlatih dengan konsisten, mengantisipasi tantangan, dan menggunakan teknik relaksasi, siapa pun dapat menjadi pembicara yang lebih percaya diri dan efektif.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan Dale Carnegie, kita tidak hanya dapat meningkatkan kepercayaan diri kita, tetapi juga memberikan presentasi yang lebih menarik dan berkesan bagi audiens.
|