Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Topik:
 

Mengatasi Ketakutan Berbicara di Depan Umum

Oleh Belbuk.com, 11/02/2025
Mengatasi Ketakutan Berbicara di Depan UmumBab "Mengembangkan Keberanian dan Rasa Percaya Diri" dalam buku Public Speaking for Success oleh Dale Carnegie memberikan berbagai strategi untuk mengembangkan keberanian dan meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara di depan umum.

Ketika orang ditanya, apa ketakutan mereka yang terbesar, respons yang paling banyak sering adalah takut mati dan respons yang paling sering kedua adalah takut berbicara di depan umum. Benar, banyak orang, yang cerdas, artikulatif, dan leluasa mengekspresikan ide-ide mereka secara perorangan satu lawan satu, menjadi kelu lidahnya dan ketakutan ketika dihadapkan dengan, bahkan, kelompok pendengar yang kecil saja. Para pebisnis terhalang dalam karier mereka karena mereka takut berbicara dalam rapat staf; pria wanita dengan ide-ide penting menyimpannya sendiri daripada mengekspresikannya di konferensi komunitas, gereja, atau sekolah. Akan tetapi, hal itu adalah ketakutan yang bisa dengan mudah diatasi.
Advertisement:
Menjadi percaya diri dan berani, serta mampu berpikir dengan tenang dan jelas ketika berbicara kepada sebuah kelompok, tidak sampai sepersepuluh sulitnya dari yang dibayangkan sebagian besar orang. Hal itu bukanlah suatu karunia yang dianugerahkan oleh sang Pencipta kepada hanya segelintir individu yang dianugerahi saja. Hal itu adalah seperti kemampuan bermain golf. Siapa pun bisa mengembangkan kapasitasnya kalau ada hasrat yang memadai untuk melakukannya.

Adakah alasan sekecil apa pun mengapa kita sampai tidak sanggup berpikir sama baiknya dalam posisi berdiri tegak di hadapan pendengar, seperti ketika kita duduk? Tentunya, kita tahu tidak ada. Sesungguhnya, seharusnya kita berpikir lebih baik ketika menghadapi sebuah kelompok. Kehadiran mereka seharusnya mengusik kita dan mengangkat semangat kita. Banyak pembicara akan memberitahu kita bahwa kehadiran pendengar merupakan suatu stimulus, suatu inspirasi, yang mendorong otak mereka untuk berfungsi dengan lebih jelas, lebih tajam. Pada saat-saat seperti itu, pemikiran-pemikiran, fakta-fakta, ide-ide, yang tidak mereka sadari mereka miliki, lewat seperti asap, seperti kata Henry Ward Beecher; dan mereka tinggal mengulurkan tangan mereka dan menangkapnya saja. Seharusnya, demikianlah pengalaman kita. Mungkin akan demikian kalau kita berlatih dan bertekun.

Akan tetapi, yakinlah akan hal satu ini: Latihan dan praktik akan menghilangkan ketakutan kita terhadap pendengar dan memberi kita rasa percaya diri serta keberanian menetap. Jangan membayangkan bahwa kasus kita luar biasa sulit. Bahkan, mereka yang sesudahnya menjadi perwakilan yang paling fasih dari generasi mereka pun, pada awal karier mereka, mengalami ketakutan dan kurang percaya diri!

William Jennings Bryan, yang dianggap sebagai orator terbesar dari generasinya, mengakui bahwa, dalam upaya-upaya pertamanya, lututnya gemetar. Mark Twain, pertama kalinya bangkit berdiri untuk memberikan ceramah, ia merasa seolah-olah mulutnya penuh dengan kapas dan denyut jantungnya berpacu. Jenderal Ulysses S. Grant mengambil Vicksburg dan mempimpin kepada kemenangan, salah satu angkatan bersenjata terbesar yang pernah dilihat dunia hingga saat itu; namun ketika ia berupaya untuk berbicara di depan umum, ia mengakui dirinya gemetar ketakutan. Benjamin Disraeli, yang kemudian menjadi perdana menteri Inggris, mengakui bahwa ia memilih memimpin serbuan kavaleri daripada menghadapi House of Commons (Majelis Perwakilan Rendah) untuk pertama kalinya. Pidato pembuakaannya di sana gagal total. Sesungguhnya, demikian banyak pembicara terkenal itu payah pada mulanya. Jadi, janganlah tawar hati.

Berbicara mengandung tanggung jawab tertentu. Seandainya pun hanya kepada dua lusin orang, ada tekanan tertentu, shock tertentu, keasyikan tertentu. Sang pembicara seharusnya gugup seperti seekor kuda melawan kekangnya. Cicero yang hebat pernah mengatakan, dua ribu tahun yang lalu, bahwa semua pembicaraan di depan umum yang benar-benar berjasa dicirikan oleh kegugupan. Sebagian orang, seberapa sering pun mereka berbicara, selalu mengalami mawas diri ini persis sebelum mereka memulai, namun beberapa detik setelah mereka bangkit berdiri, hal itu menghilang.

Untuk memetik manfaat yang sebesar-besarnya dari pelatihan ini, dengan cepat dan segera, berikut empat hal yang prinsip:

1. Mulailah dengan Hasrat yang Kuat dan Ulet


Kalau hasrat kita tidak bertenaga dan lemah, maka pencapaian-pencapaian kita pun akan bernuansa seperti itu juga. Oleh karena itu, kita harus membangkitkan antuasiasme kita untuk pelatihan ini. Hitunglah manfaat-manfaatnya. Bayangkanlah apa artinya rasa percaya diri tambahan dan kemampuan berbicara secara lebih meyakinkan itu bagi kita. Bayangkanlah bagaimana kemungkinan artinya, dan bagaimana seharusnya artinya, dalam ukuran uang. Bayangkanlah bagaimana kemungkinan artinya bagi kita secara sosial, teman-teman yang mungkin kita dapatkan, bertambahnya pengaruh pribadi kita, kepemimpinan yang mungkin kita raih. Dan hal itu akan meberi kita kepemimpinan secara lebih cepat daripada kegiatan lain yang mana pun juga yang mungkin kita bayangkan.

Bayangkanlah kemilau kepuasan dan kesenangan yang akan timbul dari penggunaan kuasa baru ini. Hal itu akan memberi kita perasaan kuat, perasaan berkuasa. Hal itu akan mendorong kebanggaan kita akan prestasi pribadi. Hal itu akan memisahkan kita dari, dan menaikkan kita di atas rekan-rekan kita. Ada keajaiban di dalamnya dan keasyikan yang tidak akan terlupakan. "Dua menit sebelum saya memulai, saya lebih memilih dicambuk daripada memulai, namun dua menit sebelum saya selesai, saya lebih memilih ditembak daripada berhenti," demikian seorang pembcara mengakui. Singkatnya, jadikanlah maju itu semudah mungkin. Jadikanlah mundur itu sesulit mungkin.

Ketika Julius Caesar berlayar melintasi terusan dari Gaul dan mendarat bersama pasukannya di sebuah pulau yang sekarang disebut Inggris, apa yang ia lakukan untuk memastikan sukses pasukannya? Sesuatu yang cerdik: Ia menghentikan para prajuritnya di atas tebing kapur Dover; memandang ke ombak enam puluh meter di bawah mereka, mereka melihat lidah api merah melahap setiap kapal mereka. Di negara musuh, sementara hubungan terakhir dengan Benua sudah lenyap, sarana terakhir untuk mundur sudah terbakar, tinggal satu hal lagi yang mungkin mereka lakuakan: maju, menaklukkan. Itulah persisnya yang mereka lakukan. Demikianlah semangat Caesar yang abadi itu. Mengapa tidak menjadikannya semangat kita juga, dalam perang membasi ketakutan konyal kita terhadap pendengar?

2. Ketahuilah Secara Menyeluruh, Apa yang Akan Anda Bicarakan


Kecuali kita telah merenungkan dan merencanakan pembicaraan kita serta mengetahui apa yang akan kita ucapkan, kita tidak mungkin merasa sangat leluasa ketika menghadapi para auditor kita. Kita bagaikan orang buta menuntun sesama orang buta. Dalam keadaan seperti itu, seharusnya kita mawas diri, seharusnya kita bertobat, seharusnya kita malu terhadap kelalaian kita. Sebuah nasihat seorang warga desa tua keras kepala berbunyi: "Janganlah berbicara hingga engkau yakin mau mengucapkan sesuatu, dan ketahuilah apa persisnya itu; lalu ucapkanlah, lalu duduklah."

Untuk mengatasi kegugupan di awal, kita bisa memperlihatkan sesuatu, menulis sebuah kata di papan tulis, menunjukkan sebuah tempat di peta, memindahkan sebuah meja, membuka sebuah jendela, menggeser beberapa buku dan kertas, tindakan fisik apa pun dengan maksud dibelakangnya, kita mungkin terbantu merasa lebih kerasan. Tapi kita gunakanlah hal itu hanya dalam beberapa kesempatan pertama saja. Seorang bayi tidak lagi memegangi kursi-kursi setelah ia belajar berjalan.

3. Bersikaplah Yakin


William James, psikolog besar Amerika, berkata: "Tindakan tampaknya mengikuti perasaan, namun sesungguhnya tindakan dan perasaan berjalan bersama-sama; dan dengan mengatur tindakannya, yang berada di bawah kendali kemauan yang lebih langsung, kita bisa secara tidak langsung mengatur perasaannya, yang tidak berada di bawah kendali kemauan. Jadi, agar merasa berani, bersikaplah seolah-olah kita berani, gunakanlah seluruh kemauan kita untuk tujuan tersebut, maka sangat besar kemungkinannya keberanian akan menggantikan ketakutan."

Terapkanlah nasihat William James. Untuk mengembangkan keberanian ketika kita sedang menghadapi pendengar, bersikaplah seolah-olah kita sudah berani. Dengan asumsi bahwa kita tahu apa yang akan kita bicarakan, melangkahlah ke luar dengan ceria dan tariklah nafas dalam-dalam. Suplai oksigen yang bertambah akan menjadikan kita bersemangat dan memberi kita keberanian.

Berdirilah setegak mungkin dan tataplah mata pendengar kita, dan mulailah berbicara semeyakinkan mungkin seolah-olah mereka semua berutang uang kepada kita. Bayangkanlah mereka berutang uang kepada kita. Bayangkanlah mereka berkumpul di sana untuk memohon perpanjangan kredit. Efek psikologisnya terhadap kita akan menguntungkan.

Janganlah dengan gugup mengancingkan atau membuka kancing jaket kita, bermain-main dengan perhiasan kita, atau salah tingkah. Kalau kita harus melakukan gerakan-gerakan gugup, tempatkanlah tangan kita di belakang punggung kita dan puntirlah jari-jemari kita di sana di mana tidak seorang pun dapat melihatnya, atau gerakkanlah jari-jemari kaki kita.

Sebagai aturan umum, janganlah seorang pembicara bersembunyi di balik perabot, namun mungkin akan memberi kita sedikit keberanian kalau pada beberapa kesempatan pertamanya kita berdiri di belakang sebuah meja atau kursi dan memeganginya erat-erat atau memegang sebuah uang logam erat-erat dalam telapak tangan kita.

"Dalam perang, pertahanan terbaik adalah menyerang," demikian Marsekal Ferdinand Foch, komandan pasukan sekutu dalam perang dunia pertama, mengakatakan. Jadi, seranglah ketakutan kita. Temuilah ketakutan kita, gempurlah ketakutan kita, taklukkanlah ketakutan kita dengan keberanian semata-mata setiap ada kesempatan.

Milikilah sebuah pesan, lalu bayangkanlah diri sebagai pembawa pesan yang diinstuksikan untuk menyampaikannya. Kita kurang memperhatikan sang pembawa pesan. Pesannya saja yang kita inginkan. Pesannya, itulah yang penting. Fokuskanlah pikiran kita ke sana. Arahkanlah hati kita ke sana. Kenalilah pesannya seperti belakang tangan kita sendiri. Yakinilah pesannya dengan penuh perasaan. Lalu berbicaralah seolah-olah kita bertekad untuk mengucapkannya. Lakukanlah itu, maka kemungkinannya adalah sepuluh berbanding satu bahwa kita akan segera menguasai presentasi kita dan juga menguasai diri kita.

4. Praktikkan! Praktikkan! Praktikkanlah!


Cara pertama, cara terakhir, cara yang tidak pernah gagal untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara adalah berbicara. Sungguh, ujung-ujungnya, keseluruhan persoalannya terangkum dalam satu prinsip saja: praktikkan, praktikkan, praktikkanlah. Demikianlah syarat mutlak dari segalanya, "tanpa praktik kita tidak akan berhasil."

"Pemula yang mana pun, cenderung mengalami 'demam rusa jantan'", demikian Roosevelt memperingatkan. "Demam rusa jantan" artinya kondisi keasyikan gugup yang luar biasa, yang mungkin sama sekali bukan kepengecutan. Hal itu mungkin mempengaruhi seseorang pertama kalinya ia harus berbicara kepada kelompok besar pendengar sama seperti hal itu mungkin mempengaruhinya pertama kalinya ia melihat seekor rusa jantan atau bertempur. Yang dibutuhkan oleh orang seperti itu bukanlah keberanian, melainkan pengendalian saraf, kemampuan mempertahankan agar kepala tetap dingin.
Advertisement:
"Ketakutan lahir dari ketidaktahuan dan ketidakpastian," demikain James Robinson mengatakan dalam The Mind in the Making. Dengan kata lain: Ketakutan adalah akibat dari tidak adanya keyakinan. Dan apa yang menyebabkan hal itu? Hal itu adalah akibat dari tidak mengetahui apa yang sanggup kita lakukan karena tidak adanya pengalaman. Ketika kita mendapatkan rekor pengalaman sukses, maka ketakutan kita akan lenyap; ketakutan kita akan luluh seperti kabut malam di bawah terik matahari.

Salah satu yang pasti: Cara yang sudah diterima untuk belajar berenang adalah dengan terjun ke dalam air. Jadi, mari kita menyibukkan diri dengan pekerjaan sesungguhnya. Pilihlah topik Anda, sebaiknya topik yang cukup Anda ketahui, dan susunlah pembicaraan tiga menit. Praktikkanlah pembicaraan Anda sendirian beberapa kali. Lalu sampaikanlah, apabila mungkin, kepada kelompok untuk mana pesan tersebut Anda maksudkan, atau di depan kelas Anda, sambil mengerahkan seluruh daya dan kuasa Anda ke dalam upaya tersebut.

Versi Video:

Public Speaking for Success: Berbicara di Depan Umum Agar Sukses
Rp189.000
©2008-2025 - Belbuk.com
Jl. As'syafiiyah No. 60B, Cilangkap, Jakarta Timur 13870
Tlp. 021-22811835 (Senin s/d Jumat Pkl 09.00-18.00 WIB)