Tweet |
Topik:
|
Mendengarkan dengan Empati, Landasan Komunikasi yang EfektifOleh Belbuk.com, 06/12/2024
Bab Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti adalah kebiasaan kelima dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey. Kebiasaan ini berfokus pada pentingnya mendengarkan dengan empati sebelum mencoba mengungkapkan pandangan atau pemikiran kita sendiri. Covey percaya bahwa komunikasi yang efektif adalah dasar dari semua hubungan yang sukses, dan kebiasaan ini menawarkan pendekatan untuk membangun kepercayaan, menyelesaikan konflik, dan mencapai pemahaman yang lebih mendalam.
Mengapa Mendengarkan Itu Penting?Covey menyatakan bahwa banyak orang mendengar untuk merespons, bukan untuk memahami. Artinya, kita sering kali mendengarkan orang lain dengan pikiran yang terfokus pada apa yang akan kita katakan selanjutnya, bukan pada apa yang sedang mereka sampaikan. Hal ini menciptakan hambatan komunikasi dan membuat orang merasa tidak dihargai. Menurut Covey, mendengarkan dengan empati, yaitu mendengarkan untuk benar-benar memahami sudut pandang dan emosi orang lain, adalah keterampilan mendasar yang memungkinkan kita membangun hubungan yang lebih kuat. Dengan benar-benar memahami orang lain, kita menciptakan dasar untuk komunikasi yang saling menghormati dan produktif. Advertisement:
Empat Tingkatan MendengarkanCovey menjelaskan bahwa ada empat tingkatan mendengarkan, dan kebanyakan orang tidak melampaui tingkat yang paling dasar, yaitu: 1. Mengabaikan (Ignoring)Tidak benar-benar mendengarkan sama sekali, sering kali karena terlalu sibuk atau tidak peduli. Contohnya, mengerjakan sesuatu sambil berpura-pura mendengar orang berbicara. 2. Berpura-pura Mendengarkan (Pretending)Memberi perhatian palsu dengan respons seperti “hmm” atau “ya,” tetapi sebenarnya pikiran tidak terfokus pada pembicaraan. 3. Mendengarkan Secara Selektif (Selective Listening)Hanya menangkap sebagian dari apa yang dikatakan, biasanya hanya hal-hal yang menarik atau relevan bagi diri sendiri. 4. Mendengarkan dengan Perhatian (Attentive Listening)Mendengarkan dengan fokus penuh pada kata-kata yang diucapkan, tetapi tanpa berusaha memahami perasaan atau perspektif orang lain. Namun, tingkatan ini masih belum cukup untuk komunikasi yang benar-benar efektif. Covey mengajak kita untuk melangkah lebih jauh ke Mendengarkan dengan Empati. Mendengarkan dengan EmpatiMendengarkan dengan empati adalah inti dari kebiasaan ini. Covey menggambarkan ini sebagai mendengarkan untuk benar-benar memahami perasaan, kebutuhan, dan sudut pandang orang lain. Ini berarti kita tidak hanya mendengar apa yang mereka katakan, tetapi juga berusaha memahami apa yang tidak mereka katakan: emosi, kekhawatiran, dan maksud di balik kata-kata mereka. Ciri-Ciri Mendengarkan dengan Empati:1. Menghargai perspektif orang lain, yaitu dengan menganggap pandangan mereka sebagai valid, meskipun kita tidak setuju. 2. Menggunakan komunikasi non-verbal seperti kontak mata, anggukan, dan ekspresi wajah yang menunjukkan perhatian. 3. Menyediakan ruang, yaitu dengan memberikan waktu bagi orang lain untuk mengekspresikan diri tanpa gangguan. Mendengarkan dengan empati sangat bermanfaat dalam membangun hubungan yang berbasis kepercayaan karena jika kita mendengarkan dengan empati akan membuat orang merasa didengar dan dihargai. Mendengarkan dengan empati juga bisa meningkatkan kemampuan untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan dalam konflik. Hambatan dalam Mendengarkan dengan EmpatiCovey mengakui bahwa mendengarkan dengan empati tidaklah mudah, terutama karena kita sering terjebak dalam pola komunikasi yang kurang efektif. Salah satu hambatan dalam menerapkan kemampuan mendengarkan dengan empati adalah adanya kebiasaan orang mendengarkan dengan "filter diri" (autobiographical listening), yaitu kecenderungan kita mendengar orang lain melalui pengalaman, emosi, atau kebutuhan kita sendiri. Contoh dari kebiasaan autobiographical listening seperti: memberikan penilaian terhadap apa yang dikatakan orang sebelum kita benar-benar memahaminya, memberikan solusi tanpa memahami sepenuhnya masalahnya, dan membaca situasi berdasarkan perspektif pribadi, bukan berdasarkan apa yang sebenarnya dirasakan oleh orang lain. Hambatan lain dalam mendengarkan dengan empati adalah kurangnya kesabaran. Sudah menjadi kebiasaan kita untuk terburu-buru memberikan tanggapan atau menyelesaikan masalah tanpa mendengarkan sepenuhnya. Dan hambatan satu lagi adalah kebiasaan kita yang terlalu fokus pada diri sendiri. Kita cenderung mengutamakan pandangan atau pengalaman pribadi daripada berusaha memahami orang lain. Prinsip Komunikasi Dua ArahCovey menekankan bahwa komunikasi efektif adalah proses dua arah. Kita harus berusaha memahami orang lain terlebih dahulu sebelum meminta mereka memahami sudut pandang kita. Prinsip utamanya adalah berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti. Berusaha mengerti berarti mendengarkan dengan empati untuk memahami perspektif, perasaan, dan kebutuhan orang lain, jangan menyela atau mencoba memberikan solusi terlalu cepat. Setelah kita memahami orang lain, baru kita sampaikan pandangan kita dengan jelas dan penuh hormat dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi mereka. Kiat untuk Mendengarkan dengan Empati1. Menunjukkan Perhatian PenuhKita harus menyingkirkan gangguan, seperti ponsel atau tugas lain, dan memfokuskan perhatian kita sepenuhnya pada pembicara. 2. Mendengarkan untuk Memahami, Bukan untuk MeresponsKita harus menahan dorongan untuk langsung memberikan tanggapan. Daripada memberi tanggapan, lebih baik kita tanyakan pertanyaan klarifikasi. 3. Mencerminkan KembaliMengulangi atau parafrase apa yang kita dengar untuk memastikan kita memahaminya dengan benar. Contohnya, “Jadi, jika saya tidak salah, Anda merasa frustrasi karena…” 4. Memvalidasi Perasaan MerekaMengakui emosi mereka tanpa memberikan penilaian. Contohnya, “Saya bisa melihat mengapa Anda merasa seperti itu.” 5. Jangan MenyelaBiarkan mereka menyelesaikan pikiran mereka sebelum kita berbicara. Mengapa Penting untuk Dipahami?Setelah kita berusaha mengerti, langkah berikutnya adalah memastikan bahwa kita juga dimengerti. Menyampaikan pandangan kita dengan cara yang jelas, tegas, dan penuh hormat akan memungkinkan komunikasi yang lebih produktif. Menyampaikan pandangan supaya bisa dipahami bisa dilakukan dengan cara: 1. Menggunakan komunikasi yang tegas (assertive communication), yaitu dengan cara menyampaikan pandangan kita tanpa menyerang atau mengabaikan orang lain. 2. Menyesuaikan cara kita berbicara dengan kebutuhan dan gaya komunikasi pendengar. 3. Menjelaskan harapan dan tujuan kita dengan memastikan orang lain memahami apa yang kita inginkan dan mengapa itu penting. Contoh Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hariDalam Hubungan PribadiKetika pasangan kita berbagi keluhan, kita harus mendengarkan tanpa membela diri. Kita harus mencoba untuk memahami perasaan pasangan kita sebelum memberikan penjelasan. Di Tempat KerjaJika seorang rekan kerja kita merasa tidak dihargai, kita harus menanyakan apa yang dia butuhkan atau harapkan sebelum menawarkan solusi. Dalam KonflikSebelum membantah, kita harus mendengarkan dengan tulus untuk memahami sudut pandang pihak lain. Hal ini dapat membantu meredakan ketegangan dan menemukan solusi bersama. Advertisement:
Jadi, bab "Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti" dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey adalah landasan untuk komunikasi yang sehat dan efektif. Dengan mendengarkan dengan empati, kita akan membangun hubungan yang lebih kuat, mengurangi konflik, dan menciptakan dasar untuk kerja sama yang produktif.
Covey menekankan bahwa komunikasi yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan pesan kita tetapi juga tentang memahami pesan orang lain. Dengan mengadopsi kebiasaan ini, kita akan menjadi pendengar yang lebih baik, pembicara yang lebih jelas, dan mitra yang lebih efektif dalam setiap aspek kehidupan kita. Rp99.500
|