Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Topik:
 

Membentuk Kebiasaan Baik dengan Mengatur Lingkungan

Oleh Belbuk.com, 11/03/2025
Membentuk Kebiasaan Baik dengan Mengatur LingkunganBab "Motivasi Dinilai Terlalu Tinggi: Lingkungan Sering Kali Lebih Penting" dalam buku Atomic Habits karya James Clear menjelaskan bahwa banyak orang terlalu mengandalkan motivasi untuk membangun kebiasaan baru. Padahal, motivasi bersifat fluktuatif dan tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang. Sebaliknya, lingkungan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dalam membentuk kebiasaan yang bertahan lama.

Orang sering kali memilih produk bukan karena 'apa' produk itu, tapi karena 'di mana' produk itu. Kalau masuk ke dapur dan melihat sepiring kue di meja, kita akan mengambil beberapa dan mulai memakannya, bahkan seandainya kita tidak pernah merencanakannya dan tidak sedang lapar. Kalau meja sajian di kantor selalu penuh camilan, sulit untuk tidak mengambil dan memakannya. Kebiasaan kita tergantung pada ruangan tempat kita berada dan petunjuk-petunjuk yang ada di depan kita.
Advertisement:
Lingkungan sama seperti tangan tak terlihat yang membentuk perilaku manusia. Meskipun kepribadian kita unik, perilaku-perilaku tertentu cenderung muncul dan muncul lagi dalam kondisi-kondisi lingkungan tertentu. Di jalanan yang gelap, orang cenderung bersikap waspada. Dengan cara ini, bentuk perubahan yang paling umum bukan dari dalam, melainkan dari luar: kita diubah oleh dunia di sekitar kita. Setiap kebiasaan bergantung pada konteks.

Pada tahun 1952, ekonom Hawkins Stern menguraikan fenomena yang ia sebut Suggestion Impulse Buying, yang "terpicu ketika seseorang pembelanja melihat sebuah produk untuk pertama kali dan merasa memerlukannya." Dengan kata lain, pelanggan kadang membeli produk bukan karena ingin, melainkan karena produk itu disajikan di depan mereka.

Sebagai contoh, barang-barang yang ditaruh setinggi mata cenderung lebih banyak dibeli daripada barang-barang yang dipajang dekat lantai. Karena alasan ini, kita akan melihat produk-produk dengan merek terkenal dan mahal diletakkan di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau di rak pajangan karena produk-produk itulah yang mengundang laba paling besar, sedangkan alternatifnya yang lebih murah sengaja ditaruh di bagian-bagian yang lebih sulit dijangkau. Hal sama berlaku untuk end cup, yaitu rak pajangan di ujung-ujung lorong. Bagian ini setara dengan mesin pencetak uang bagi pemilik toko karena lokasinya nyata dan dilewati banyak orang. Sebagai contoh, 45% penjualan Coca-Cola khususnya berasal dari produk-produk yang dipajang di ujung lorong ini.

Makin nyata satu produk atau layanan, makin besar kemungkinan kita mencobanya. Orang minum Bud Light karena tersedia di setiap bar dan orang pergi ke Starbucks karena gerai ini ada di setiap sudut jalan. Kita cenderung berpikir kita mampu mengendalikan diri. Kalau kita lebih memilih air daripada soda, kita mengandaikan itu karena kita menginginkannya. Namun, sesungguhnya banyak aksi yang kita lakukan tiap hari dibentuk bukan oleh dorongan dan pilihan sadar, melainkan oleh pilihan yang paling terlihat.

Setiap makhluk mempunyai metodenya sendiri untuk merasakan dan memahami dunia. Pada munusia, indra diarahkan oleh sistem saraf sensoris. Kita merasakan dunia melalui penglihatan, bunyi, bau, sentuhan, dan pengecapan. Namun, yang paling hebat di antara semua kemampuan sensoris manusia adalah penglihatan. Tubuh manusia memiliki sekitar sebelas juta reseptor sensoris. Kira-kira sepuluh juta dikhususkan untuk penglihatan. Ada pakar yang menaksir sumber daya otak digunakan untuk penglihatan. Mengingat kita lebih bergantung pada penglihatan daripada indra lain mana pun, tak mengherankan jika petunjuk-petunjuk visual menjadi katalisator utama perilaku kita. Karena alasan ini, perubahan kecil pada apa yang kita lihat dapat mengantar ke perubahan besar pada apa yang kita lakukan. Akibatnya, kita dapat membayangkan betapa penting hidup dan bekerja di lingkungan-lingkungan yang diisi dengan petunjuk-petunjuk produktif dan tidak memiliki petunjuk-petunjuk yang tidak produktif.

Untungnya ada kabar baik. Kita tidak harus menjadi korban lingkungan kita. Kita juga bisa menjadi arsitek untuk lingkungan kita.

Bagaimana Merancang Lingkungan untuk Sukses


Selama krisis energi dan embargo minyak tahun 1970-an, peneliti Belanda mulai mencermati pemakaian energi negara itu. Di kawasan hunian pinggiran dekat Amsterdam, mereka mendapati sebagian penduduk menggunakan energi 30% lebih sedikit daripada tetangga-tetangga mereka, padahal ukuran rumah mereka sama dan mereka mendapat jatah listrik yang sama pula.

Ternyata rumah-rumah di lingkungan ini hampir identik kecuali dalam satu hal: lokasi meteran listrik. Ada yang menaruhnya di ruangan bawah tanah. Yang lain menaruhnya di atas, dekat pintu masuk. Seperti bisa kita perkirakan, rumah-rumah dengan meteran listrik di dekat pintu masuk menggunakan listrik secara lebih hemat. Ketika pemakaian energi mereka jelas dan mudah dipantau, orang mengubah perilaku.

Setiap kebiasaan dimulai dengan petunjuk, dan kita lebih mungkin melihat petunjuk yang menonjol. Sayangnya, lingkungan tempat kita hidup dan bekerja sering kali memudahkan kita untuk tidak melakukan aksi tertentu karena tidak ada petunjuk yang jelas untuk memicu perilaku itu. Mudah untuk tidak berlatih gitar ketika gitar itu tersimpan rapi di lemari. Mudah untuk tidak membaca buku ketika rak buku berada di sudut ruang tamu. Ketika petunjuk-petunjuk yang memicu suatu kebiasaan samar atau tersembunyi, petunjuk-petunjuk itu mudah terabaikan.

Berikut beberapa cara untuk merancang ulang lingkungan kita dan menjadikan petunjuk-petunjuk untuk kebiasaan-kebiasaan yang lebih kita sukai lebih nyata:

1. Jika kita ingin tidak lupa minum obat tiap malam, taruhlah botol obat kita tepat di tempat kita biasa minum obat.

2. Jika kita ingin berlatih gitar lebih sering, taruhlah gitar kita di tengah ruang santai.

3. Jika kita ingin minum air putih lebih banyak, isilah beberapa botol air tiap pagi dan taruh di beberapa tempat di seluruh rumah.

Bila ingin menjadikan suatu kebiasaan penting dalam hidup kita, buatlah petunjuk agar hal itu menonjol di lingkungan kita. Perilaku yang paling persisten biasanya mempunyai lebih dari satu petunjuk. Bayangkan betapa banyak cara berbeda untuk membuat seorang perokok tergerak untuk mengambil sebatang rokok: mengendarai mobil, melihat seorang teman merokok, merasa stres dalam pekerjaan, dan sebagainya.

Strategi yang sama dapat dipakai untuk kebiasaan baik. Denga menyebar pemicu-pemicu di hampir semua tempat, kita meningkatkan peluang teringat akan kebiasaan kita sepanjang hari. Pastikan pilihan yang terbaik dijadikan yang paling nyata. Membuat keputusan yang lebih baik itu mudah dan wajar bila petunjuk-petunjuk untuk kebiasaan-kebiasaan baik berada tepat di depan mata.

Rancangan lingkungan itu mujarab tidak hanya karena pengaruhnya pada cara kita menanggapi dunia, tapi juga karena kita jarang melakukannya. Kebanyakan orang hidup di dunia yang diciptakan orang lain. Namun, kita dapat mengubah ruang tempat kita tinggal dan bekerja untuk meningkatkan paparan kita pada petunjuk-petunjuk positif serta mengurangi paparan kita pada petunjuk-petunjuk negatif. Rancangan lingkungan memungkinkan kita mengambil kembali kendali dan menjadi arsitek dalam hidup kita. Jadilah perancang dunia kita, tidak sebagai pemakai.

Konteks adalah Petunjuk


Petunjuk yang memicu kebiasaan dapat dimulai dengan sangat spesifik, tapi sejalan dengan waktu, kebiasaan kita menjadi terhubung, tidak dengan satu pemicu saja tapi dengan konteks keseluruhan di seputar perilaku itu.

Sebagai contoh, banyak orang minum lebih banyak dalam situasi-situasi sosial daripada ketika sedang sendirian. Pemicunya jarang berupa petunjuk tunggal, tapi seluruh situasi: melihat teman-teman kita minum; mendengarkan musik di bar, melihat bir di botolnya.

Kita secara mental memasangkan kebiasaan-kebiasaan kita dengan lokasi-lokasi tempat kebiasaan itu berlangsung: di rumah, di kantor, di sasana kebugaran. Tiap lokasi membangun hubungan dengan kebiasaan-kebiasaan dan rutinitas-rutinitas tertentu. Kita membangun hubungan khusus dengan benda-benda di meja kita, barang-barang di meja dapur kita, barang-barang di kamar tidur kita.

Perilaku kita bukan ditentukan oleh benda-benda di lingkungan, melainkan oleh hubungan kita dengan semua itu. Dalam kenyataan, ada baiknya berpikir tentang pengaruh lingkungan pada perilaku kita. Berhenti berpikir tentang lingkungan yang terisi benda. Mulailah berpikir tentang lingkungan yang terisi dengan hubungan. Berpikirlah dalam konteks bagaimana kita berinteraksi dengan ruang-ruang di sekitar kita. Bagi satu orang, sofa adalah tempat ia membaca selama satu jam tiap malam. Bagi orang lain, sofa adalah tempat ia menonton televisi dan makan semangkuk es krim sepulang kerja. Orang berbeda dapat memiliki kenangan berbeda yang dihubungkan dengan tempat yang sama.

Apa kabar baiknya? Kita dapat melatih diri untuk menghubungkan kebiasaan tertentu dengan konteks tertentu pula. Kekuatan konteks juga memperlihatkan strategi yang penting: kebiasaan dapat lebih mudah diubah di lingkungan baru. Konteks memudahkan kita lepas dari pemicu-pemicu dan petunjuk-petunjuk tidak jelas yang mendorong kita menjalani kebiasaan-kebiasaan saat ini. Pergilah ke tempat baru - gerai kopi berbeda, duduk di bangku taman, sudut ruangan yang jarang kita pakai - dan ciptakan rutinitas baru di sana.

Lebih mudah menghubungkan kebiasaan baru dengan konteks baru daripada membangun kebiasaan baru di hadapan petunjuk-petunjuk yang saling bersaing. Sulit pergi tidur lebih awal jika kita menonton televisi di kamar tidur tiap malam. Sulit belajar di ruang tengah tanpa teralihkan jika di situ pula kita selalu bermain video game. Namun, jika melangkah keluar dari lingkungan normal kita, kita meninggalkan bias-bias perilaku yang ada di belakangnya. Kita tidak bergumul melawan petunjuk-petunjuk lingkungan lama, yang memungkinkan kebiasaan-kebiasaan baru terbentuk tanpa interupsi.

Ingin berpikir lebih kreatif? Pindahlah ke kamar yang lebih besar, ke beranda di puncak bangunan, atau ke gedung dengan arsitektur yang ekspansif. Berhenti dulu bekerja di ruangan yang biasa, yang juga terhubung dengan pola pikir kita saat ini.

Mencoba maka lebih sehat? Sangat mungkin kita bertindak secara autopilot ketika berbelanja di toko swalayan yang biasa. Cobalah pindah ke swalayan lain. Lebih mudah bagi kita untuk menghindari makanan tidak sehat ketika otak kita tidak secara otomatis tahu di mana letaknya di toko yang baru.

Kalau sulit mendapatkan lingkungan yang sepenuhnya baru, coba definisikan kembali atau atur ulang lingkungan yang sudah ada. Ciptakan ruangan terpisah untuk bekerja, belajar, berolahraga, menonton, dan memasak. Mantra yang sangat berguna adalah, "Satu ruangan satu kegunaan."

Ketika James Clear memulai karier sebagai pengusaha, dia sering bekerja dari sofa atau meja dapur. Ketika malam tiba, ternyata sulit bagi dia untuk berhenti bekerja. Tidak ada batasan yang jelas antara akhir waktu kerja dan awal waktu untuk pribadi. Apa fungsi meja dapur? Kantor atau tempat makan? Apa fungsi sofa? Untuk bersantai atau untuk berkirim email? Semua terjadi di tempat yang sama.

Beberapa tahun kemudian, akhirnya James Clear mampu pindah ke rumah dengan ruangan terpisah untuk kantornya. Tiba-tiba, bekerja adalah sesuatu yang terjadi "di sini" dan kehidupan pribadi adalah sesuatu yang terjadi "di luar sana". Lebih mudah bagi dia untuk mematikan dulu sisi profesional pada otaknya ketika ada batasan yang jelas antara kehidupan kerja dan kehidupan rumah tangga. Tiap ruangan memilik satu kegunaan utama. Dapur untuk memasak. Kantor untuk bekerja.

Kalau mungkin, hindari mencampur konteks suatu kebiasaan dengan yang lain. Ketika mulai mencampuradukkan konteks, kita akan mulai mencampuradukkan kebiasaan - dan kebiasaan yang lebih mudah biasanya akan menang. Ini satu alasan keserbabisaan teknologi modern memiliki kekuatan dan kelemahan. Kita bisa menggunakan ponsel untuk bermacam-macam keperluan, yang menjadikannya alat yang dahsyat. Akan tetapi, ketika kita dapat menggunakan telepon untuk mengerjakan hampir semuanya, sulit menghubungkan alat itu dengan hanya satu tugas. Kita ingin produktif, tapi terlalu mudah bagi kita untuk membuka-buka media sosial, memeriksa email, dan memainkan game setiap kali kita membuka ponsel. Petunjuk yang diberikan kaca balau.

Jika ruangan kita terbatas, bagilah ruangan itu menjadi beberapa kawasan kegiatan: kursi untuk membaca, meja tulis untuk menulis, meja untuk makan. Kita bisa melakukan hal sama dengan ruang digital kita. Seorang penulis menggunakan komputer hanya untuk menulis, tablet hanya untuk membaca, dan ponsel hanya untuk media sosial dan pesan teks. Setiap kebiasaan harus mendapatkan satu rumah.

Jika kita mampu mempertahankan strategi ini, tiap konteks akan terhubung dengan satu kebiasaan dan pola pikir. Kebiasaan berkembang dalam situasi-situasi tak terduga seperti ini. Fokus datang secara otomatis ketika kita berada di ruangan yang dirancang untuk tujuan itu. Kita lebih cepat terlelap ketika itu satu-satunya yang terjadi di kamar tidur. Jika menginginkan perilaku yang stabil dan dapat diduga, kita memerlukan lingkungan yang stabil dan dapat diduga.

Lingkungan stabil, tempat segala sesuatu memiliki satu tempat dan satu tujuan, adalah lingkungan tempat kebiasaan dapat terbentuk dengan mudah.
Advertisement:
Jadi, bab "Motivasi Dinilai Terlalu Tinggi: Lingkungan Sering Kali Lebih Penting" dalam buku Atomic Habits karya James Clear menegaskan bahwa mengandalkan motivasi bukanlah strategi yang efektif dalam membangun kebiasaan. Sebaliknya, menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan baik dan menjauhi kebiasaan buruk adalah kunci utama untuk perubahan jangka panjang. Dengan menyesuaikan lingkungan fisik dan sosial, kita dapat membentuk kebiasaan yang lebih mudah dipertahankan tanpa harus bergantung pada motivasi yang naik turun.

Versi Video:

Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa
Rp128.000
©2008-2025 - Belbuk.com
Jl. As'syafiiyah No. 60B, Cilangkap, Jakarta Timur 13870
Tlp. 021-22811835 (Senin s/d Jumat Pkl 09.00-18.00 WIB)