Tweet |
Topik:
|
Lingkar Kebiasaan: Bagaimana Kebiasaan BekerjaOleh Belbuk.com, 09/01/2025
Kebiasaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam bab "Lingkar Kebiasaan: Bagaimana Kebiasaan Bekerja" dalam bukunya "The Power of Habit", Charles Duhigg menjelaskan dasar ilmiah mengenai bagaimana kebiasaan terbentuk, bagaimana mereka memengaruhi perilaku kita, dan bagaimana kita dapat memahami serta mengubahnya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Konsep Dasar: Lingkar KebiasaanDuhigg memulai bab ini dengan menjelaskan konsep inti tentang bagaimana kebiasaan bekerja, yaitu "lingkar kebiasaan" (habit loop). Lingkar kebiasaan terdiri dari tiga elemen utama: 1. Isyarat (Cue)Isyarat adalah pemicu yang memberitahu otak untuk memulai sebuah kebiasaan. Ini bisa berupa hal yang sederhana seperti waktu tertentu, lokasi, emosi, atau interaksi dengan orang lain. Contoh: Saat kita merasa lelah di sore hari, kita mungkin mencari camilan manis. 2. Rutinitas (Routine)Rutinitas adalah tindakan yang kita lakukan setelah dipicu oleh isyarat. Ini bisa berupa tindakan fisik, proses mental, atau respons emosional. Contoh: Setelah merasa lelah, kita akan mengambil cokelat dari meja kerja. 3. Hadiah (Reward)Hadiah adalah hasil dari rutinitas yang memuaskan kebutuhan atau keinginan kita. Ini menciptakan rasa senang dan membuat otak kita lebih cenderung mengulang kebiasaan tersebut di masa depan. Contoh: Setelah makan cokelat, kita akan merasa energi kita meningkat yang membuat kebiasaan ini terasa menyenangkan. Ketika ketiga elemen ini terjadi secara berulang, otak akan mulai mengenali pola tersebut dan secara otomatis menginternalisasi kebiasaan. Inilah sebabnya kebiasaan sering kali berjalan tanpa memerlukan banyak pemikiran sadar. Advertisement:
Peran Otak dalam Pembentukan KebiasaanDuhigg menjelaskan bahwa kebiasaan terbentuk di bagian otak yang disebut ganglia basalis (basal ganglia). Area ini bertanggung jawab untuk proses otomatis seperti mengemudi, berjalan, atau mengingat pola perilaku tertentu. Ketika kebiasaan baru mulai terbentuk, aktivitas otak lebih intens karena otak sedang belajar. Namun, seiring waktu, kebiasaan menjadi otomatis, dan aktivitas otak menurun selama pelaksanaannya. Hal ini memungkinkan otak untuk menghemat energi dan fokus pada tugas yang lebih kompleks. Contoh Penelitian: Studi tentang Tikus Untuk menggambarkan bagaimana kebiasaan bekerja, Duhigg mengutip penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di MIT menggunakan tikus. Dalam eksperimen ini, tikus ditempatkan di labirin berbentuk T dengan cokelat di salah satu ujungnya. Awalnya, tikus mengendus-endus labirin secara acak untuk menemukan cokelat. Namun, setelah beberapa kali percobaan, tikus mulai mengenali pola: mereka langsung menuju ke tempat cokelat berada begitu mendengar suara klik (isyarat). Pencitraan otak menunjukkan bahwa pada awalnya, aktivitas otak tikus sangat tinggi saat menjelajahi labirin. Namun, setelah kebiasaan terbentuk, aktivitas otak mereka menurun selama rutinitas berlangsung. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan memungkinkan otak untuk berfungsi secara efisien dengan membentuk pola otomatis. Kebiasaan Baik vs. Kebiasaan BurukKebiasaan tidak selalu positif. Duhigg menjelaskan bahwa kebiasaan bisa baik atau buruk, tergantung pada rutinitas dan hasilnya. Misalnya, kebiasaan berolahraga secara teratur adalah kebiasaan baik karena memberikan manfaat kesehatan. Sebaliknya, kebiasaan merokok adalah kebiasaan buruk karena merusak kesehatan. Namun, baik kebiasaan baik maupun buruk terbentuk melalui proses yang sama dalam lingkar kebiasaan. Oleh karena itu, memahami bagaimana lingkar kebiasaan bekerja memberikan peluang untuk mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan yang lebih baik. Mengubah Kebiasaan: "Golden Rule"Salah satu poin penting dalam bab ini adalah "aturan emas" dalam mengubah kebiasaan. Duhigg menyebutkan bahwa untuk mengubah kebiasaan, kita tidak perlu menghancurkan lingkar kebiasaan. Sebaliknya, kita hanya perlu mengganti rutinitas di dalam lingkar tersebut. Langkah-langkah untuk mengubah kebiasaan meliputi: 1. Mengidentifikasi IsyaratKita kenali pemicu spesifik yang memulai kebiasaan kita. Misalnya, jika kita selalu makan makanan cepat saji saat stres, maka isyaratnya adalah perasaan stres. 2. Mengenali HadiahKita cari tahu apa yang kita dapatkan dari kebiasaan tersebut. Dalam contoh di atas, hadiahnya mungkin berupa rasa nyaman atau kepuasan emosional. 3. Mengganti RutinitasKita temukan rutinitas baru yang dapat memberikan hadiah yang sama tetapi lebih sehat. Misalnya, kita dapat mengganti makanan cepat saji dengan berjalan-jalan sebentar untuk mengurangi stres. Duhigg memberikan contoh bagaimana kebiasaan ini berhasil dalam berbagai konteks, mulai dari kehidupan individu hingga strategi pemasaran perusahaan besar seperti Procter & Gamble dan Starbucks. Contoh Nyata: Febreze dan StarbucksFebrezeKetika Procter & Gamble (P&G) pertama kali meluncurkan produk Febreze, penjualannya buruk. Namun, setelah mempelajari kebiasaan konsumen, P&G menemukan bahwa untuk mendorong penggunaan produk, mereka harus memasukkan Febreze ke dalam rutinitas kebersihan rumah tangga. Mereka menciptakan iklan yang menggambarkan Febreze sebagai langkah terakhir dalam rutinitas membersihkan rumah, dengan hadiah berupa aroma segar. Strategi ini sukses besar. StarbucksStarbucks menggunakan lingkar kebiasaan untuk melatih karyawan agar dapat menangani pelanggan yang sulit. Dengan memberikan isyarat (situasi sulit), rutinitas (teknik melayani pelanggan), dan hadiah (kepuasan pelanggan), Starbucks menciptakan kebiasaan kerja yang membantu meningkatkan kualitas layanan mereka. Duhigg juga menekankan bahwa meskipun kebiasaan terbentuk secara otomatis, kesadaran memainkan peran penting dalam mengubahnya. Dengan menjadi lebih sadar akan pola kebiasaan kita, kita dapat mulai mengambil langkah-langkah yang lebih terarah untuk menggantinya. Disiplin diperlukan untuk melatih otak agar terbiasa dengan rutinitas baru hingga menjadi otomatis. Selain kebiasaan individu, Duhigg menjelaskan bagaimana kebiasaan dapat membentuk perilaku kolektif dalam kelompok, organisasi, atau masyarakat. Misalnya, budaya organisasi sering kali ditentukan oleh kebiasaan yang telah tertanam dalam cara kerja tim. Mengubah kebiasaan kolektif ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan fokus pada pola yang diulang dalam skala besar. Advertisement:
Jadi, bab "Lingkar Kebiasaan: Bagaimana Kebiasaan Bekerja" dalam buku The Power of Habit oleh Charles Duhigg memberikan wawasan mendalam tentang mekanisme pembentukan kebiasaan dan bagaimana kebiasaan memengaruhi kehidupan kita. Dengan memahami elemen-elemen dasar lingkar kebiasaan—isyarat, rutinitas, dan hadiah—kita dapat mengidentifikasi pola perilaku kita, mengganti kebiasaan buruk dengan yang baik, dan menciptakan perubahan positif dalam kehidupan kita.
Charles Duhigg menunjukkan bahwa kekuatan kebiasaan tidak hanya berlaku untuk individu, tetapi juga untuk organisasi dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menggunakan pemahaman ini untuk meningkatkan produktivitas, kesejahteraan, dan keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan. Rp90.000
|