Sinopsis
Sebuah pertanyaan besar: mengapa mekanisme lahirnya pemimpin di negeri ini, harus ditandai oleh konflik oposisional? Tidak adakah sistem atau mekanisme lain yang mewadahi para kader dan pemimpin untuk muncul dalam suasana yang bersahabat, gembira, dan melahirkan diskursus baik intelektual, moral, maupun kultural yang positif dan membangun?
Tak aneh bila kemudian banyak pihak yang menganggap demokrasi adalah tipuan rasional yang kebenarannya di atas kertas akademik semata maupun jargon murahan para caleg (calon legislatif) dan capres (calon presiden). Dalam kenyataannya, ia tinggal menjadi kuda tunggangan yang hanya menyeret kepentingan kekuasaan dan kaum pemodal. Sementara rakyat, tertinggal jauh di belakangnya. Dan, demokrasi mewajibkan kita memilih. Inilah paradoks demokrasi, kekerasannya yang otoriter, keharusan untuk memilih, bahkan ketika tak ada pilihan.
Buku ini merupakan hasil pengamatan Radhar terhadap kehidupan demokrasi di Indonesia selama satu dekade. Sebuah kritik terhadap demokrasi.
TENTANG PENULIS
Radhar Panca Dahana, memulai riwayatnya sebagai sastrawan, jurnalis sekaligus teaterawan sejak tahun pertamanya di SMP (1977-79), dengan menulis cerpen di harian Kompas, menjadi redaktur tamu di majalah Kawanku dan menjadi aktor dalam drama Jack atau Penyerahan.
Dalam bidang akademik ia selesaikan studi sosiologinya di FISIP-UI dan pasca-sarjana di EHESS Paris, Prancis (2001). Menerima beberapa penghargaan di antaranya: puisi terbaik Sayembara Puisi Nasional, esei dan cerpen terbaik dari Harian Kompas, cerpen terbaik Dewan Kesenian Jakarta, short-list Khatulistiwa Award dan hadiah sastra dari Pusat Bahasa, terpilih sebagai “lima seniman muda masa depan Asia” versi NHK Jepang, juga meraih “Paramadina Award,” “Le Prix des pays Francophonique” (Penghargaan/Award dari sejumlah negara berbahasa Prancis), “Kuntowijoyo Award,” “IKJ Award” serta terakhir penghargaan “Cendekiawan Berdedikasi” dari Harian Kompas dan penghargaan “Tokoh Budaya” dan Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Radhar merupakan pendiri PEN Internasional Indonesia, Federasi Teater Indonesia dan Bale Sastra Indonesia, serta penggagas serta pendiri komunitas cendekiawan Mufakat Budaya Indonesia. Karyanya diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Belanda, dan Prancis. Kini menetap di Tangerang Selatan, Banten, bersama istri, dua anak lelaki dan satu putri bungsu.