Tweet |
Topik:
|
Cerita di Balik Keputusan InvestasiOleh Belbuk.com, 30/03/2025
![]() Bila kita berpikir mengenai pertumbuhan ekonomi, bisnis, investasi, dan karier, kita cenderung berpikir mengenai hal-hal nyata seperti barang-barang yang kita miliki dan apa yang bisa kita lakukan. Namun, cerita adalah kekuatan terbesar dalam ekonomi sejauh ini. Cerita adalah bahan bakar yang bisa membuat bagian nyata ekonomi bekerja, atau rem yang menghentikan kemampuan kita. Di tingkat personal, ada dua hal yang perlu diingat mengenai dunia yang didorong cerita ketika mengelola uang kita, yaitu: Advertisement:
1. Makin kita ingin sesuatu itu benar, makin besar kemungkinan kita percaya satu cerita yang memperbesar kemungkinan sesuatu itu benar.
Ada banyak hal dalam kehidupan yang kita anggap benar karena kita benar-benar ingin hal-hal itu benar yang disebut dengan istilah "fiksi menarik". Dampaknya besar kepada bagaimana kita berpikir mengenai uang, terutama investasi dan ekonomi. Fiksi menarik muncul ketika kita cerdas, ingin mendapat solusi, tapi menghadapi kombinasi kendali terbatas dan taruhan besar. Fiksi menarik sangat kuat, sehingga bisa membuat kita percaya hampir segala hal. Berikut contoh singkat. Putra Ali Hajaji sakit. Para tetua di desa Yaman tempat Ali tinggal mengusulkan pengobatan tradisional, yaitu dengan menusukkan ujung tongkat membara ke dada putranya agar penyakit hilang dari tubuhnya. Sesudah prosedur itu, Hajaji berkata kepada The New York Times: "Bila Anda tidak punya uang, dan putra Anda sakit, Anda akan percaya segalanya." Tampaknya gila. Namun, jika kita benar-benar butuh solusi dan tidak tahu atau tidak bisa mendapat solusi bagus segera, jalur paling gampang adalah ke arah penalaran Hajaji, yaitu percaya apa saja. Bukan cuma mencoba apa saja, melainkan percaya. Gabungan keterbatasan informasi dan taruhan besar juga berpengaruh ke keputusan finansial kita. Mengapa orang mendengarkan komentar investasi di TV yang rekam jejak keberhasilannya payah? Sebagian karena taruhan dalam investasi sangat besar. Dan ada banyak sekali pendapat finansial sehingga sesudah kita memilih satu strategi atau posisi, kita berinvestasi kepadanya secara finansial dan mental. Jika kita ingin saham tertentu naik 10 kali lipat, itulah kelompok kita. Jika kita pikir suatu kebijakan ekonomi akan memicu hiperinflasi, itulah kubu kita. Boleh jadi peluang taruhannya kecil. Masalahnya, penonton tidak bisa atau tidak mau mengkalibrasi peluang kecil, seperti 1%. Banyak yang memilih bertahan di keyakinan teguh bahwa apa yang mereka inginkan benar itu pasti benar. Namun mereka hanya melakukan itu karena ada peluang hasil besar. Investasi adalah satu di antara sedikit bidang yang menawarkan kesempatan imbalan ekstrem setiap hari. Jika ada kesempatan berinvestasi bersama "Warren Buffet berikutnya", orang akan sangat akan percaya sampai-sampai mereka akan menaruh tabungan seumur hidup di dalamnya. Atau Bernie Madof. Kalau dilihat sesudah kejadian, skema Ponzi-nya seharusnya mudah ketahuan. Dia melaporkan hasil yang tidak pernah berubah, diaudit perusahaan akuntan yang relatif tidak dikenal, dan menolak mengungkapkan informasi mengenai bagaimana hasil itu didapat. Namun Madoff mendapat miliaran dolar dari beberapa investor paling canggih di dunia. Dia memberi cerita menarik, dan orang ingin percaya kepadanya. Itu alasan penting mengapa ruang untuk kesalahan, keluwesan, dan independensi finansial sangat penting. Makin besar kesenjangan antara apa yang kita inginkan benar dan apa yang kita perlukan benar agar hasil bisa diterima, makin besar perlindungan bagi kita dari fiksi finansial menarik. Ketika berpikir mengenai ruang untuk kesalahan dalam prakiraan, ada godaan berpikir bahwa hasil potensialnya berkisar dari yang didapat jika keputusan kita cukup tepat, sampai amat sangat tepat. Namun, risiko terbesar adalah kalau kita sangat ingin sesuatu benar sampai-sampai kisaran prakiraan kita jauh dari realitas. Pembuat kebijakan adalah sasaran empuk untuk kritik, tapi kita semua melakukan prediksi seperti mereka sampai batas tertentu. Dan kita melakukannya di kedua arah. Jika kita pikir resesi akan datang dan kita menjual semua saham kita sebagai persiapan, pandangan kita atas ekonomi tiba-tiba akan dilencengkan oleh apa yang kita inginkan terjadi. Tiap perkembangan, tiap anekdot, akan tampak seperti pertanda kehancuran yang akan datang. Barangkali bukan karena memang terjadi, melainkan karena kita ingin itu terjadi. Insentif adalah motivator kuat, dan kita harus selalu ingat bagaimana insentif memengaruhi tujuan dan wawasan finansial kita sendiri. Ingat, tidak ada kekuatan yang lebih besar dalam keuangan daripada ruang untuk kesalahan, dan makin tinggi taruhannya seharusnya makin luas ruang untuk kesalahan. 2. Semua orang punya pandangan yang tidak lengkap atas dunia. Namun, kita membentuk narasi utuh untuk mengisi kekosongannya. Sebagian besar orang bila menghadapi sesuatu yang mereka tidak pahami, tidak menyadari bahwa mereka tidak memahaminya karena mereka bisa mengajukan penjelasan yang masuk akal berdasarkan sudut pandang dan pengalaman unik mereka sendiri di dunia, meski pengalaman itu bisa terbatas. Kita semua ingin dunia yang rumit tempat hidup kita ini bisa dimengerti. Jadi, kita bercerita kepada diri sendiri untuk mengisi kekosongan di hal-hal yang kita tidak ketahui. Cerita-cerita itu bisa berpengaruh menarik sekaligus mengerikan secara finansial kepada kita. Bila kita buta mengenai sebagian besar cara kerja dunia, kita mungkin sepenuhnya akan salah paham mengenai perilaku bursa saham, sehingga terlalu percaya diri dengan kemampuan kita untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi berikutnya. Sebagian alasan prakiraan bursa saham dan ekonomi sangat sulit dilakukan adalah karena kita adalah satu-satunya orang di dunia yang berpikir dunia bekerja sesuai pemahaman kita. Ketika kita membuat keputusan berdasarkan alasan yang kita tidak pahami, kita bisa meniru keputusan orang lain yang tepat bagi mereka tapi membawa bencana bagi kita. Itulah cara gelembung terbentuk. Menyadari seberapa banyak yang kita tidak ketahui berarti menyadari betapa banyak hal di dunia yang di luar kendali kita. Dan itu bisa sulit diterima. Pikirkan prakiraan pasar. Kita sangat payah dalam melakukannya. Jika kita berasumsi saja bahwa pasar naik sebesar rata-rata sepanjang sejarah tiap tahun, akurasi kita lebih baik daripada jika kita mengikuti rata-rata prakiraan tahunan 20 ahli strategi pasar top dari bank-bank besar Wall Street. Kemampuan kita memprediksi resesi tidak lebih baik. Dan karena peristiwa-peristiwa besar datang tanpa terduga, prakiraan bisa menyebabkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan, karena memberi ilusi prediktabilitas di dunia di mana peristiwa tidak terduga mempengaruhi sebagian besar hasil. Carl Richards menulis: "Risiko adalah apa yang tersisa sesudah kita pikir kita sudah memikirkan segalanya." Orang tahu itu. Tidak pernah ada investor yang benar-benar berpikir prakiraan pasar secara keseluruhan akurat atau berguna. Namun masih ada permintaan besar untuk prakiraan, di media dan dari penasihat keuangan. Mengapa? Psikolog Philip Tetlock pernah menulis: "Kita perlu percaya bahwa kita hidup di dunia yang bisa diprediksi dan bisa dikendalikan, jadi kita mencari orang-orang yang sepertinya paham dan menjanjikan memuaskan kebutuhan itu." Memuaskan kebutuhan itu adalah cara bagus menyampaikannya. Ingin percaya kita memegang kendali adalah rasa gatal emosional yang perlu digaruk, bukan masalah analitis untuk dihitung dan dijawab. Ilusi kendali lebih meyakinkan daripada realitas ketidakpastian. Jadi, kita memegang erat cerita bahwa hasil ada dalam kendali kita. Sebagiannya berhubungan dengan pencampuradukan bidang yang presisi dan bidang yang tidak pasti. Kita tidak berkeliaran dengan buta dan bingung. Kita harus berpikir bahwa dunia tempat kita berada itu masuk akal, berdasarkan apa yang kebetulan kita ketahui. Kita sulit untuk maju jika merasa yang sebaliknya. Advertisement:
Jadi, bab "Ketika Anda Akan Percaya Apa Saja" dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel mengajarkan bahwa kepercayaan kita terhadap uang sangat dipengaruhi oleh sebuah cerita. Dengan menyadari bagaimana keyakinan ini terbentuk, kita dapat mengambil keputusan keuangan dengan lebih rasional dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang belum tentu sesuai dengan realitas.
|