Tweet |
Topik:
|
Cara Menciptakan Kebiasaan Baru (Otak yang Mengidam)Oleh Belbuk.com, 10/01/2025
Dalam bab "Otak yang Mengidam: Bagaimana Menciptakan Kebiasaan Baru" (The Craving Brain: How to Create New Habits), Charles Duhigg membahas bagaimana kebiasaan baru dapat dibentuk dan peran penting keinginan atau "craving" dalam menciptakan pola perilaku yang bertahan lama. Di sini Duhigg memberikan wawasan tentang cara kerja otak manusia dalam membentuk kebiasaan dan bagaimana kita dapat memanfaatkan mekanisme ini untuk menciptakan kebiasaan positif.
Peran Keinginan dalam KebiasaanDuhigg menjelaskan bahwa keinginan adalah elemen kunci yang mendorong terbentuknya kebiasaan. Dalam lingkar kebiasaan (habit loop), keinginan terkait erat dengan hadiah (reward). Otak kita mulai mengantisipasi hadiah setelah melihat isyarat (cue), yang menciptakan dorongan kuat untuk melakukan rutinitas (routine). Proses ini terjadi secara otomatis, sehingga kebiasaan menjadi sulit diubah tanpa memahami mekanisme keinginan ini. Sebagai contoh, Duhigg menceritakan kisah bagaimana produk seperti pasta gigi Pepsodent menjadi populer karena perusahaan menciptakan keinginan yang kuat. Pada awalnya, kebiasaan menyikat gigi tidak umum di Amerika Serikat. Namun, dengan mengasosiasikan rasa segar dan bersih setelah menyikat gigi sebagai hadiah, perusahaan berhasil menciptakan keinginan di benak konsumen. Sensasi "kesegaran" itu membuat orang ingin menyikat gigi setiap hari. Advertisement:
Penelitian Ilmiah tentang KeinginanUntuk memperkuat argumennya, Duhigg mengutip berbagai penelitian ilmiah yang menunjukkan bagaimana keinginan bekerja di otak. Penelitian pada tikus, misalnya, menunjukkan bahwa saat tikus diberi isyarat yang terkait dengan makanan, aktivitas otak mereka meningkat karena antisipasi terhadap hadiah. Bahkan jika hadiah tidak diberikan, otak mereka tetap menunjukkan pola aktivitas yang sama. Ini membuktikan bahwa keinginan adalah elemen psikologis yang mendalam, bukan sekadar respons terhadap hadiah fisik. Contoh Nyata: Keberhasilan FebrezeSalah satu contoh nyata yang diuraikan Duhigg dalam bab ini adalah peluncuran produk Febreze oleh Procter & Gamble (P&G). Pada awalnya, Febreze dipasarkan sebagai solusi untuk menghilangkan bau tidak sedap, tetapi penjualannya tidak sesuai harapan. Masalahnya adalah produk ini tidak menciptakan keinginan yang cukup kuat untuk digunakan secara rutin. Para peneliti di P&G kemudian mengubah strategi pemasaran dengan mengasosiasikan Febreze dengan hadiah emosional: rasa puas setelah membersihkan rumah. Dalam iklan baru, Febreze digambarkan sebagai langkah terakhir dalam rutinitas membersihkan, yang memberikan "penyelesaian" dan kepuasan emosional. Strategi ini menciptakan keinginan di benak konsumen untuk menggunakan Febreze sebagai bagian dari rutinitas harian mereka. Cara Membentuk Kebiasaan BaruUntuk menciptakan kebiasaan baru, Duhigg mengidentifikasi beberapa langkah kunci yang dapat diikuti: 1. Menemukan IsyaratLangkah pertama adalah mengenali isyarat yang dapat memicu kebiasaan baru. Isyarat ini bisa berupa waktu, lokasi, emosi tertentu, atau interaksi sosial. 2. Membuat Rutinitas yang MenarikRutinitas harus dirancang agar mudah dilakukan dan menyenangkan. Jika rutinitas terlalu sulit, otak cenderung menolaknya. 3. Menentukan Hadiah yang DiinginkanHadiah yang menarik adalah elemen penting dalam menciptakan kebiasaan baru. Hadiah ini harus relevan dengan keinginan yang ingin dipenuhi, seperti rasa puas, kenyamanan, atau pencapaian. 4. Menciptakan KeinginanKunci dari kebiasaan yang bertahan lama adalah menciptakan keinginan terhadap hadiah tersebut. Otak harus belajar mengantisipasi hadiah sehingga rutinitas menjadi sesuatu yang dinantikan. Duhigg menekankan bahwa pengulangan adalah faktor penting dalam membentuk kebiasaan baru. Semakin sering lingkar kebiasaan diulang, semakin kuat pola tersebut tertanam di otak. Pengulangan menciptakan jalur neurologis yang semakin mudah diakses, sehingga rutinitas menjadi otomatis seiring waktu. Salah satu poin menarik dalam pembahasan Duhigg di sini adalah hubungan antara kebiasaan dan emosi. Duhigg menjelaskan bahwa kebiasaan sering kali terkait dengan kebutuhan emosional. Misalnya, seseorang yang merasa stres mungkin akan mengembangkan kebiasaan makan makanan manis karena makanan tersebut akan memberikan kenyamanan emosional. Jadi, untuk menciptakan kebiasaan baru, penting untuk memahami kebutuhan emosional yang mendasarinya dan menyediakan alternatif yang lebih sehat atau produktif. Industri makanan cepat saji adalah contoh lain dari bagaimana keinginan dimanfaatkan untuk menciptakan kebiasaan. Perusahaan seperti McDonald's menciptakan pengalaman sensoris yang dirancang untuk membangun keinginan, seperti aroma makanan, rasa yang konsisten, dan kemasan yang menarik. Semua elemen ini menciptakan hadiah yang diantisipasi oleh konsumen, sehingga mereka terus kembali ke restoran tersebut. Meskipun keinginan sering kali dikaitkan dengan kebiasaan buruk, Duhigg menunjukkan bahwa keinginan juga dapat digunakan untuk menciptakan kebiasaan positif. Misalnya, program kebugaran seperti Couch to 5K menggunakan keinginan untuk pencapaian sebagai motivasi. Peserta diajarkan untuk merasakan kepuasan setelah menyelesaikan setiap tahap program, yang membantu mereka tetap termotivasi. Advertisement:
Jadi, bab "Otak yang Mengidam: Bagaimana Menciptakan Kebiasaan Baru" dalam buku The Power of Habit karya Charles Duhigg mengungkapkan bahwa keinginan adalah elemen inti dalam pembentukan kebiasaan. Dengan memahami bagaimana keinginan bekerja di otak, kita dapat menciptakan kebiasaan baru yang bertahan lama dan mengubah pola perilaku yang tidak diinginkan.
Charles Duhigg mengajarkan bahwa kunci keberhasilan adalah menciptakan isyarat yang kuat, rutinitas yang menarik, dan hadiah yang memuaskan, sambil memastikan bahwa otak mengembangkan keinginan untuk hadiah tersebut. Dengan pendekatan ini, kebiasaan baru tidak hanya menjadi bagian dari hidup kita, tetapi juga menjadi sesuatu yang benar-benar kita nikmati. Rp90.000
|