Untuk Istriku, Aku terjebak dalam posisi yang tidak menguntungkan di perang ini. Pos kami diserang oleh musuh. Aku terpisah, sendirian, dengan kondisi tubuh penuh luka. Kawan-kawanku ditahan. Hanya dengan senjata seadanya, mampukah aku bertahan hidup? Sementara musuh terus saja berkeliaran, siap membunuhku kapan saja. Tapi aku harus tetap hidup. Harus! Karena jauh di sana, ribuan kilometer dari tempatku sekarang, kau dengan mata beningmu itu sudah menantiku. Tak akan kubiarkan mata itu meneteskan air keseadihan karena aku. Perang sudah mengajarkan banyak hal padaku. Tentang kesetiaan dan pengkhianatan. Tentang kawan dan lawan. Tentang cinta dan benci. Tentang persatuan dan perpecahan. Maka akan kuhadapi perang ini, sekali lagi. Namun jika aku memang tak bisa kembali ke rumah dengan nyawa di badan, kusampaikan padamu bahwa aku ada dan menyatu dengan tanah air kita yang takkan kubiarkan ada orang yang mengganggu persatuannya. Dan jangan biarkan mata beningmu itu meneteskan air kesedihan.
