Republik ini tidak jelas akan dibawa ke mana. Tiada roh kebangsaan yang menggelora. Penegakan hukum masih saja berorientasi kekuasaan. Korupsi tidak diperlakukan sebagai penyakit masyarakat yang harus dibasmi. Untuk menutupinya, justru pencitraan menjadi obat pamungkas yang biasanya disuguhkan melalui media massa.
Kekacauan dan kegalauan jelas melanda negara ini. Dalam kondisi demikian, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu membawa bangsa ke luar dari labirin persoalan rumit yang menghambat kemajuannya—bukan pemimpin yang menjadikan negara dan bangsa melulu sebagai objek pembahasan tanpa pemecahan, melainkan subjek atau pelaku atas perubahan Indonesia yang adil dan sejahtera. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang bisa diteladani.
Yonky Karman, satu dari sedikit penulis Kristen yang tulisannya sering dimuat di harian berskala nasional, membeberkan pemikirannya tentang pergumulan pemerintah dan bangsa ini. Sekalipun kritiknya tajam dan tegurannya keras, kumpulan tulisannya dalam harian Kompas ini sarat dengan pesan moral. Ini adalah bukti bahwa orang Kristen sama sekali tidak—dan tidak boleh—abstain dari situasi dan kondisi bangsa dan negaranya. Mereka tak cukup hanya berkutat pada masalah internal dan urusan ritual keagamaannya sendiri. Bersama semua anak bangsa, mereka turut prihatin atas masalah kebangsaan dan kepemimpinan di negeri ini.
Inilah buku yang dengan jujur memotret kegalauan republik serta menggugah semangat untuk bangkit dan merenungkan makna kepemimpinan!