Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Cara PembelianTestimoniPusat BantuanTentang KamiHubungi Kami
Buku    Sejarah, Budaya & Filsafat    Sejarah

Madiun 1948: PKI Bergerak

Berat 0.70
Tahun 2012
Halaman 432
ISBN 9789794617809
Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Sinopsis       Buku Sejenis
 
Harga: Rp95.000
Tersedia:
Dikirim 2-5 hari berikutnya SETELAH pembayaran diterima. (Senin s/d Jumat, kecuali hari libur)

Pelanggan yang Membeli Buku Ini Juga Membeli Buku Berikut:

Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto
Salim Haji Said
Rp69.000
Perkembangan Anak (Jilid 1) (Edisi 11)
John W. Santrock
Rp360.000
Perkembangan Anak (Jilid 2) (Edisi 11)
John W. Santrock
Rp258.000
Psikologi Sosial (Social Psychology) (Buku 1) (Edisi 10)
David G. Myers
Rp201.000
Lainnya+   

Sinopsis

Pada tanggal 10 Agustus 1948, Moeso kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1926, sesudah pemberontakan komunis, ia menghilang, ke Moskow  dan mengabdikan dirinya pada Komintern – Komunis Internasional. Pada tahun 1936 sebagai agen rahasia Stalin, dengan sangat rahasia ia tinggal selama enam bulan di Surabaya untuk membangun kembali Partai Komunis Indonesia (PKI). Kemudian ia bermukim di Uni Soviet dengan aktivitas utamanya sebagai penasihat untuk urusan Indonesia. Sesudah kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, PKI memperoleh posisi yang kuat di dalam Republik, tapi tetap mempertahankan eksistensinya yang setengah illegal. Anggota-anggotanya menyebar masuk ke dalam berbagai macama partai. Amir Sjarifoeddin, anggota rahasia PKI-pernah menjadi perdana menteri, tapi pada Januari 1948, ia mengundurkan diri. Kabinet di bawah pimpinan Wakil Presiden Hatta tampil tanpa mengikutsertakan komunis. Sementara itu, Soviet mengubah haluan politiknya menjadi beroposisi keras terhadap Barat. Moeso mendapat restu dari Moskow untuk melakukan reorganisasi terhadap PKI. Maka segera sesudah kedatangannya di Indonesia ia memaparkan sebuah haluan baru yang disebut ‘Djalan Baru’. Ini merupakan perubahan radikal dari sikap PKI, yaitu konfrontasi terhadap pemerintah borjuis Soekarno-Hatta. Bahasa Moeso yang menghasut mendapat dukungan dari semua anggota PKI dan mengakibatkan ketegangan semakin memuncak, serta terpecah-belahnya pendapat politik di kalangan tentara. Di Solo terjadi bentrokan sengit antara golongan militer dan politik. Kekalahan kaum kiri di sana menimbulkan reaksi di Madiun, sehingga terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum komunis pada tanggal 18 September. Soekarno dan Hatta tampil menghadapi Moeso dan Madiun direbut kembali sepuluh hari kemudian. Dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk mematahkan seluruh perlawanan PKI. Bagi pemerintah peristiwa ini merupakan suatu ‘narrow escape’- bagaikan lolos dari lubang jarum.

Berdasarkan ada banyak bahan yang tidak dikenal, Harry Poeze dengan amat teliti menyusun kembali segala apa yang telah terjadi di seputar ‘Madiun’. Ia telah berhasil mengurai banyak teka-teki yang melatarbelakangi kejadian tersebut. Ia juga memberi jawaban, apakah persoalan ‘Madiun’ harus disebut sebagai peristiwa local saja, ataukah suatu perebutan kekuasaan oleh kaum komunis. Sampai sekarang masalah ini masih merupakan tema perdebatan seru, sebagaimana juga tampak dalam tinjauan historiografis yang tercantum dalam buku ini. Menurut hemat pengarang, sekarang debat itu bisa mendapatkan jalan keluarnya
(Kembali Ke Atas)
(Kembali Ke Atas)