Reformasi menjadi ruang ekspresi aspirasi yang cenderung tak bertepi. Setiap aspirasi disuarakan agar terapresiasi, walaupun terkadang melampaui aturan yang seharusnya ditaati. Akibatnya, aktualisasi aspirasi tak jarang berujung pada tindakan anarki dan mengancam substansi demokrasi. Demokrasi memestikan aturan demi keteraturan. Aturan bukan sekadar rangkaian prosedur, tapi kultur (nilai) yang distrukturkan. Karena itu, aturan sejatinya berjalin kelindan dengan kepatuhan warga negara. Inilah etika dan logika yang semestinya menjadi landasan berpolitik. Buku ini menawarkan perspektif kritis dan konstruktif terhadap perilaku politik, kekuasaan, dan arah demokrasi yang cenderung involutif dan distortif.