Buku ini diberi judul Bahasa Batak Toba untuk Pemula - Naposobulung. Yang dimaksud pemula disini ialah generasi muda Batak yang lahir dan dibesarkan di parserakan, menantu laki-laki atau menantu perempuan non Batak yang kawin dengan gadis atau pemuda Batak Toba.
Semua kita generasi tua yang masih fasih berbahasa Batak Toba, hendaklah peduli secara serius untuk mengajak menantu non Batak Toba dan Naposobulung agar dapat berbahasa batak Toba.
Apabila adat kebiasaan sesuatu suku bangsa itu perlu dilestarikan maka bahasa bahasa yang menjadi sarana adat budaya itu sebaiknya harus juga dilestarikan. Apabila generasi muda merasa adat budaya suku bangsa itu tidak mendukung hidupnya karena tidak relevan, mereka boleh saja meninggalkan kebiasaan suku bangsa itu asal atas kesadaran. Tetapi mereka meninggalkan kebiasaan suku bangsa itu karena tidak mengenalnya, itu tergolong tercabut akar.
Peribahasa Batak Toba berkata: Molo dao tubis sian bonana, diharat babi. Artinya secara harfiah: Kalau jauh rebung dari pokok bambu, akan dimakan babi. Maksudnya ialah anak-anak kita, generasi muda kita kalau jauh dari generasi pendahulunya tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa batak Toba, tidak bisa mengikuti kebiasaan suku bangsanya akan ada malapetaka. Malapetaka apa itu? Generasi muda kita akan tercerabut akar dan akan kehilangan identitas. Karena pendidikan dan pengajaran formal tidak ada dalam mengajarkan bahasa Batak Toba ke generasi muda, sangat diharapkan orang tua mengambil alih tugas ini. Selain itu gereja- gereja batak seperti HKBP, GKPI, GPKB, HKI, dan gereja yang jemaatnya mayoritas Batak, majelis yang membawahi naposobulung diharapkan proaktif melakukan pengajaran Bahasa Batak Toba ini. Demikain juga punguan-punguan marga yang mengurusnya membawahi naposobulung juga sangat diharapkan juga melakukan pengajaran bahasa Batak Toba ke generasi muda.
Sumber: Kata Pengantar buku Bahasa Batak Toba untuk Pemula - Naposobulung